Catatan Komentar Blog
Philosophy,
Psychology, Spiritual, Math Education, Lesson Study, Indonesia:
Prof. Dr.
Marsigit MA.
No
|
Hari/Tgl
|
Judul
|
Komentar
|
1
|
05.09.19
06.34 PM
|
INFO: Managing the Blog and Comment Column
|
Alhamdulillah bisa mengikuti perkuliahan dan blog
Prof. Marsigit sehingga bisa banyak belajar. Semoga Prof. senantiasa
diberikan kesehatan dan keberkahan. Semoga juga hal-hal positif (hikmah) yang
tersembunyi di balik barisan kata dan kalimat Prof. menjadikan semangat dan
pengetahuan saya sebagai mahasiswa memancar dan menjadi berkah.
|
2
|
05.09.19
11.26 PM
|
INTOLERANSI
|
Toleransi dan intoleransi menjadi dua kata yang
kerap dipertentangkan. Pertentangan ini berangkat dari adanya perbedaan
kondisi. Yang satu positif dan satunya lagi negatif. Yang satu air
(menenangkan) dan satunya lagi api (meresahkan). Toleransi adalah sikap
penerimaan secara baik dan positif terhadap hal perbedaan (paham, keyakinan,
budaya, dll.) karena dipandang sebagai rahmat yang sudah ditetapkan-Nya.
Sehingga memunculkan sikap saling menghargai, saling menghormati, saling
welas-asih, tepo seliro, dan sejenisnya. Sementara intoleransi kebalikannya,
sikap menghadapi perbedaan tersebut cenderung reaksioner. Ada sikap
penerimaan secara negatif, kurang baik, dan tidak jarang berujung pada
pemaksaan kehendak atas klaim kebenaran. Meski begitu, dalam banyak kondisi,
posisi keduanya bisa bertukar, toleransi menjadi negatif dan intoleransi
menjadi positif. Misalnya, dalam aksi kejahatan, aksi kekerasan, atau ketika
menghadapi hal tidak terpuji.Intoleransi terhadap hal ini menjadi positif
karena dimaknai menolak tindakan tidak baik tersebut. Sementara toleransi
terhadap hal tersebut menjadi negatif karena dapat dimaknai menyetujuinya.
Dengan begitu, kedua kata ini bisa bersifat kondisional, tergantung pada hal
perbedaan yang dihadapi. Apabila kedua sikap ini (toleransi dan intoleransi)
dinampakkan, maka akan mudah dikenali. Akan menjadi sulit ketika sikap yang
dipilih adalah diam karena akan memuncukan prasangka tertentu, meski kadang
sikap diam adalah sikap yang bijak. Demikianlah yang bisa saya petik dari kalimat
terakhir Prof. Marsigit di atas terkait kerelatifan toleransi dan intoleransi
manusia.
|
3
|
06.09.19
12.17 AM
|
ROMANTISME
|
Cinta, sayang, rindu, benci adalah seni sekaligus
dinamika, aksi dan reaksi. Semua menjadi bagian dari romantisme (bumbu)
kehidupan yang dinamis. masing-masing dilingkupi plus minus yang meski
beriringan. Plus dan minus tidak bisa terpisah karena akan merusak
keseimbangan romantisme. Ibarat bumbu masakan, yang dibutuhkan adalah takaran
secukupnya sebab jika terjadi plus ataupun minus, maka "rasa" akan
menjadi tidak terasa lagi. Cinta yang plus (belebihan) dapat membuat
seseorang menjadi overprotektif, cemburuan, dan sejenisnya. Kondisi ini dapat
memunculkan reaksi negatif, yakni ketidaksukaan bahkan benci. Sebaliknya, cinta
yang minus, dapat menjadi bumerang, mudah berpaling. Reaksinya pun bisa
menjadi negatif karena dianggap tidak sungguh-sungguh. Demikian pula sayang
dan rindu. Sedangkan benci, jika hanya ada plus, ia akan semakin menjadi
negatif, bahkan dapat memunculkan reaksi berlebihan, kekererasan fisik
misalnya. Namun apabila minus, ia dapat menjadi positif, ibarat pepatah
"benci tapi rindu". inilah yang mungkin dikatakan bahwa batas
antara cinta dan benci, kawan dan lawan, sangatlah tipis dan relatif. Oleh
karenanya, segala sesuatu hendaknya secukupnya, tidak lebih ataupun tidak
kurang, sewajarnya. Masing-masing pihak lebih mengedepankan saling memberi
kebaikan, dengan begitu, tanpa meminta pun masing-masing akan menerima
kebaikan-kebaikan itu. Sebagaimana puisi Sapardi Joko Darmono,
"mencintai dengan sederhana".
|
4
|
06.09.19
12.55 AM
|
PERSEPSI
|
Persepsi adalah proses panjang yang melibatkan
aksi-reaksi dan kesadaran-pengetahuan-pengalaman. Sifatnya subjektif (bisa
individu ataupun kelompok). Adanya kesadaran, pengetahuan, dan pengalaman
yang sama pun, tidak lantas membuat individu atau kelompok berbeda memiliki
persepsi yang sama. Apalagi ketika salah satu dari ketiga hal tersebut
berbeda. Perbedaan ini lumrah dan manusiawi oleh karena manusia adalah
makhluk yang unik: memiliki akal-pikiran, qalbu, kehendak bebas. Oleh
karenanya, persepsi tidak bisa dipaksanakan sama dan seragam. Setiap
individu/kelompok saling mempersepsikan individu/kelompok lainnya, positif
ataupun negatif. Akan tetapi, apabila persepsi negatif yang dibarengi dengan
rasa dan aksi yang negatif, dapat memunculkan hal negatif seperti benci.
Persepsi negatif ini, apabila berkembang dan meluas, dapat mengakibatkan
munculnya stereotip (negatif) bagi objek/subjek yang dipersepsikan. Di
sinilah kadang menjadi pemicu terjadinya konflik, pertentangan, perselisihan,
bahkan peperangan. Oleh karenanya, dibutuhan adanya kesadaran bersama untuk
saling menerima, saling menghargai, saling menghormati perbedaan yang ada.
Selain itu, diperlukan adanya "tabayyun" untuk menjembatani adanya
perbedaan persepsi tersebut sehingga tidak menjadi persepsi negatif yang
liar.
|
5
|
06.09.19
01.28 PM
|
Look at the Lesson Plan of the Philosophy of
Education
|
Terima kasih Prof. atas pemberian akses lesson plan
Filsafat Pendidikan sehingga saya dan teman-teman lainnya bisa mengetahui
cakupan pembelajaran. Insya Allah bermanfaat bagi kita semua.
|
6
|
06.09.19
02.00 PM
|
Mengenal Filsafat Lebih Dalam
|
Kata "berstruktur" dalam tulisan ini
sungguh menggelitik. Kata ini menuntun saya untuk mencoba mengikuti
perbincangan sebatas yang saya ketahui. Dalam tulisan dinyataan bahwa
makrokosmos adalah keteraturan, begitupun mikrokosmos. Keteraturan dapat
terjadi karena berstruktur, dan adanya fungsi. Dunia berstruktr, kehidupan
berstruktur, pengetahuan berstruktur, hal lainnya pun berstruktur.
Strukturnya lengkap dan interaktif: kontekstual, material, formal, normatik,
dan spiritual, saling melengkapi dan sesuai dengan fungsi masing-masing.
Begitupun dengan filsafat, merupakan struktur yang fungsional, yang
menyediakan kebajikan dan kebijakan, dan selanjutnya dapat memberi pemahaman
yang utuh dan benar terhadap struktur dunia, berikut fungsi-fungsinya
sehingga dapat memberi manfaat dan kebahagiaan, lahir dan batin.
Berfilsafat terkait dengan hal ruang, waktu, dan subjek, Siapa pun boleh berfilsafat dengan caranya masing-masing, berpikir dan bertindak secara dinamis dan interaktif, untuk dapat mengenal dirinya, dunianya, dan mendapatkan kebaikan dalam hidupnya. Wassalamu'alaikum. |
7
|
06.09.19
05.50 PM
|
UJIAN KEIKHLASAN
|
Ikhlas-keburukan. Ikhlas butuh pengorbanan,
keburukan mengorbankan. Ikhlas dan keburukan sama-sama menular, memberikan
pengaruh, mempengaruhi. Kisah Nabi Ibrahim as dan anaknya, Nabi Ismail as
dapat menjadi contoh bahwa ikhlas mesti ditopang kesadaran, keyakinan,
penyerahan diri, pengorbanan. Mahal dan berat? Tentunya sepadan dengan
"kebaikan" diuniawi dan ukhrowi yang didapat. Sementara keburukan,
"murah dan mudah", bisa cukup dengan menafikan hal-hal tersebut,
ringan. Demikian pandangan saya.
|
8
|
06.09.19
05.51 PM
|
UJIAN KEIKHLASAN
|
Tulisan tentang ikhlas ini sarat dengan pelajaran
sekaligus sindiran (kritik) tentang hidup. Kata ikhlas mengingatkan saya, setidaknya
dengan dua hal, film Kiamat Sudah Dekat dan kisah Nabi Ibrahim as.
Dalam film KSD, ditunjukkan bahwa ikhlas itu berangkat dari hati terdalam, yang bersih,, keberserahan diri, tanpa keraguan. Pun dalam kisah Nabi Ibrahim as dan anaknya, Nabi Ismail as. Sulit dibayangkan dengan akal sehat. Andai tanpa penyerahan diri secara total, kisah itu mungkin takkan ada. Meski berat, bukan berarti ikhlas tidak mungkin dipelajari, dipraktikkan dalam kehidupan. Seperti kata semar, keburukan togog menular, demikian pula ikhlas. Pelajaran dari kisah- kisah teladan seperti Nabi Ibrahim as dan anaknya, serta opara 'alim sangat banyak dan dapat menjadi contoh, motivasi, gairah untuk menjadi manusia yang ingin lebih baik lagi. Ujian ataupun cobaan apa pun bukan untuk dikeluhkan, apalagi dihindari. Ikhlas bukan berarti berdiam diri melainkan berserah diri sepenuhnya pada Sang Pencipta serta berihtiar semaksimal yang bisa dilakukan. Mudah? Iya kalau hanya dengan kata-kata. Berat? Tapi bukan berarti tidak mungkin. Demikian yang saya pahami dan bisa saya ungkap. Mohon maaf dan terima kasih. |
9
|
06.09.19
07.52 PM
|
SISTEM PENILAIAN KULIAH FILSAFAT ILMU
|
Terima kasih Prof. atas informasi tentang sistem
penilaian perkuliahannya. Dengan penjelasan ini, saya, dan mungkin juga
teman-teman yang lain, bisa mengetahui dan mempersiapkan diri mengikuti
perkuliahan. Semoga saya bisa mengikuti perkuliahan dengan baik dan lancar
serta mendapatkan banyak pelajaran untuk bisa lebih baik ke depannya. Aamiin.
|
10
|
06.09.19
08.18 PM
|
ATURAN
|
Manusia ada dalam kontradiksi, sempurna sekaligus
tidak sempurna karena ia hanyalah bayangan. Untuk bisa --meminjam pernyataan
Prof. Marsigit--
mengenali dunianya yang berstruktur (berada dalam keteraturan), maka ada aturan. Karena sebagai bayangan, maka aturannya cenderung kontradiktif, akibat perbedaan ruang, waktu, dan perubahan kebutuhan. Benar dan tepat bagi seseorang, belum tentu bagi yang lain. Benar dan tepat di suatu tempat, belum tentu di tempat lsin. Benar dan tepat sekarang, belum tentu di masa lalu ataupun masa mendatang. Konsensus atas aturan pun tidak bisa sepenuhnya menerobos ruang dan waktu tersebut. Maka, seperti yang Prof. tegaskan bahwa aturan absolut hanyalah milik Sang Maha Kuasa, Tuhan sekalian alam. Manusia hanya berusaha untuk mengikuti bayangan-Nya agar bisa mendekati-Nya. |
11
|
06.09.19
08.46 PM
|
PENGUMUMAN
|
Terima kasih Prof. atas informasinya.
Terima kasih juga atas berbagai pelajaran dari tulisan-tulisan Prof. Marsigit di blog ini. Mudah-mudahan semua bisa berjalan dengan baik. Aamiin. |
12
|
07.09.19
11.56 AM
|
ARTI HIDUP DALAM KACAMATA FILSAFAT
|
Terima kasih Prof. sudah berbagi ilmu dan pengalaman
terkait pembelajaran, khususnya filsafat. Pembelajaran di kelas (pertanyaan
dan jawaban) yang dituangkan kembali dalam tulisan tentunya sangat membantu,
baik mahasiswa yang bersangkutan maupun orang lain. Yang bisa dipejari bukan
semata materi (cuplikan tanya-jawab) melainkan juga cara yang Prof. terapkan
ini.
Meskipun berangkat dari beberapa pertanyaan, banyak hal terungkap, terkait dengan hidup dan menjalani kehidupan, yang berubah dan penuh kontradiksi, sebagaimana pernyataan bijak lama yang pernah saya baca, "waktu berubah, dan kita ikut di dalamnya". Sekali lagi, terima kasih banyak Prof. atas pencerahannya. Meskipun tidak mudah, semoga saya bisa mengikuti "ajakan" Prof di akhir alinea terakhir untuk belajar berfilsafat dengan membaca, membaca,dan membaca. |
13
|
07.09.19
05.48 PM
|
PERADABAN DUNIA
|
Terima kasih banyak Prof. untuk refleksi kuliah yang
ditulis di sini. Uraian yang padat tentang: subjek filsafat, sifat-sifatnya,
dan interaksinya: aliran-aliran filsafat beserta tokoh-tokoh sentralnya,
serta perkembangan dan dialektinya: hingga konteks kondisi pendidikan di
Indonesia, sangat membantu menambah pengetahuan saya, dan mungkin orang lain,
yang tidak ada dalam ruangan kuliah saat itu.
Pernyataan tentang menajam, mendatar, dan mengembang sungguh penting untuk dijadikan motivasi dan pedoman dalam menjalani proses, termasuk dalam perkuliahan ataupun pendidikan. Dengan menjalani tiga hal tersebut secara "tertib", mudah-mudahan tujuan untuk menjadi lebih baik dapat terwujud. Terima kasih Prof. |
14
|
07.09.19
09.20 PM
|
LANDASAN
|
Dalam hidup, manusia memiliki tujuan. Untuk mencapai
itu, dibutuhkan pegangan, pedoman, atau landasan. Akal, pikiran, hati, etika,
bersumber dari landasan yang hakiki, yakni iman kepada Zat Tunggal, Tuhan
semesta alam. Tujuan hidup manusia adalah mengabdi. Dengan landasan keimanan,
manusia bisa memberdayakan potensi dirinya dan potensi makhluk lainnya (dalam
hal agama, budaya, ipteks, dll.) agar selamat dunia dan akhirat. Terima
kasih.
|
15
|
07.09.19
09.44 PM
|
FILSAFAT PEMBAGIAN
|
Filsafat pembagian menunjukkan sifat terpuji. Dari
tiga kategori di atas, bilangan terbagi, bilangan pembagi, dan kegiatan
membagi, sesungguhnya tidak bisa berdiri sendiri dan tidak akan terjadi
apabila tidak didasari niat atau ide, yakni berbagi. Niat berbagipun tidak
didasari dengan ego, melainkan berdasarkan ketentuan yang berlaku sehingga
hadil pembagian sesuai. Apakah harus sama persis, sama banyak, atau sama
besar srhingga bisa disebut adil? Kadangkala untuk adil tidak harus demikian
melainkan proporsional.
Berbagi pun tidak bisa serta merta dianggap membuat yang dibagi menjadi berkurang. Bisa jadi malah sebaliknya, semakin bertambah dan menjadi lebih banyak. Misalnya dalam hal shodaqoh, atau berbagi pengetahuan ataupun pengalaman. Ecara fisik, bilangan yang dibagi nampak berkurang, tapi dilipatgandakan dalam hal balasan. Begitupun berbagi pengetahuan, ia bukannya berkurang, melainkan bertambah karena dimiliki oleh orang lain, yang mgkin akan menambahkannya dengan pengetahuan lain sehingga berkembang. Demikian pandangan saya, mohon maaf dan terima kasih. |
16
|
08.09.19
09.53 AM
|
Keadaan Pendidikan dan Pendidikan Guru saat ini
|
Terima kasih Prof atas pemikiran yang mengajak kita
untuk merenungi kembali permasalahan dunia pendidikan di Indonesia. Saya
sepakat bahwa kebijakan tidak boleh semata reaktif atas perubahan global,
tapi harus didasarkan pula pada nilai-nilai luhur budaya bangsa, sebagaimana
dicontohkan di atas tentang ajaran Ki Hajar Dewantara. "Pinter dan
bener", demikian frase yang sering didengungkan. "Pinter"
cenderung lebih mengarah pada aspek intelektualitas kognitif. Tujuannya
adalah kemampuan bersaing dalam dunia (akademik) global. Sementara
"bener" tidak jarang diabaikan.
Peran semua elemen bangsa (pemerintah, lembaga pendidikan, pendidik, orang tua, masyarakat) sangat dibutuhkan, sebagaima ungkapan bijak, "butuh satu kampung untuk mendidik anak". Sayangnya, sinergi antarelemen ini belum sepenuhnya terjalin. Bahkan dalam kenyataannya, tidak jarang malah saling menafikan. Ambil contoh, program pengembangan karakter yang dijalankan oleh sekolah, misalnya disiplin dan etiket, tidak jarang terhambat karena tidak diterapkan pula di rumah. Ketika pendidik melakukan tindakan pendisiplinan, tidak jarang berujung pada kasus "kriminalisasi". Pendidik pun berada dalam dilema. Belum lagi akibat keterpukauan berlebih dengan dunia global yang pelan-pelan menggerus nilai-nilai luhur karakter diri bangsa. Hal ini, contoh sederhananya, bisa dilihat dari kondisi murid yang cenderung lebih mengenal artis K-Pop daripada pahlawan nasional/daerah, lebih hafal lagu-lagu mereka daripada lagu-lagu nasional/daerah, dst. Untuk itu, guna mencapai tujuan pendidikan nasional, perlu adanya terobosan kebijakan, dengan kerangka yang memadukan unsur glokal, yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan NKRI. Berubah dan berkembang bukan berarti menafikan hal yang lama sehingga butuh filter untuk menyaring yang baik dan positif, baik dari luar atau yang sudah ada di dalam. Memang mudah diucapkan, tapi bukan berarti tidak mungkin. Maka dibutuhkan kesadaran dan kepedulian bersama, dalam kapasitas masing-masing. Demikian yang bisa saya utarakan. Mohon maaf dan terima kasih. |
17
|
08.09.19
02.24 PM
|
Teori Marsigit tentang Bagaimana Membangun
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
|
Filsafat terkai dengan hal pikir. Manusia bisa
melakukan hal pikir ini secara berproses, dari belum tahu menuju tahu, dari
tahu sedikit menuju tahu banyak, dari tahu yang belum tentu benar menuju tahu
yang benar. Melalui proses inilah, baik oleh satu individu maupun
individu-individu lain, terbentuk pengalaman yang memperkuat hasil olah
pikir, subjektif dan/atau objektif.
Hasil olah pikir dan pengalaman (praktik baik) inilah pengetahuan berkembang dan dikembangkan, melalui proses panjang yang dinamis dan berkesinambungan: tesa-antitesa-sintesa. Hasilnya beragam dan sangat banyak sehingga memunculkan beragam aliran ataupun kelompok yang memiliki ciri khas dan tokoh masing-masing. Demikian pandangan saya, mohon maaf dan terima kasih. |
18
|
08.09.19
10.59 PM
|
MULUS
|
kata "mulus" dapat diartikan secara
beragam, tapi cenderung mengarah pada hal "mendekati sempurna".
Menjadi "mulus" tidaklah serta merta, sebab dengan mengacu pada
akronim "mulus" (Mudah-Urusan-Lakukan-Upaya-Selengkapnya), maka
agar Mudah-Urusan, kita harus memadukan secara lengkap paket niat - ihtiar
yang sungguh-sungguh - do'a - tawakkal. Niat menjadi pijakan atas apa yang
ingin dilakukan dan dicapai dengan bermohon pada Yang Maha Kuasa.
Selanjutnya, melakukan ihtiar secara sungguh-sungguh bdengan pengetahua yang
benar atas hal yang ingin dituju atau dicapai, beriring do'a agar diberikan
restu dan perlindungan oleh Yang Maha Kuasa. Terakhir, tawakkal, yakni
berserah diri pada Yang Maha Kuasa atas apa pun yang dihasilkan, berhasil
ataupun tidak. Bisa jadi hasilnya tidak seperti yang diharapkan dan dianggap
tidak baik, tetapi bisa jadi Yang Maha Kuasa telah menyiapkan hal yang lebih
baik atau dihindarkan dari hal yang tidak baik dengan keberhasilan itu.
Misalnya, seseorang gagal ikut penerbangan yang sudah ia pilih, bisa karena
kemacetan lalu lintas. Saat itu ia mungkin berpikir bahwa perjalanannya tidak
mulus atau gagal bertemu rekanan. Tapi ketika mendapatkan pengumuman bahwa
pesawat yang meninggalkannya mengalami kecelakaan, ia baru sadar bahwa
gagalnya ia ikut penerbangan itu adalah hal terbaik yang diberikan oleh Sang
Pencipta. Dengan begitu, sebagai orang beriman, sebaik-baiknya mulus
hendaknya tidak melupakan hal spiritual. sebagaimana do'a di atas:
"Allohumma laa sahla illa maa ja'altahu sahlaa, wa anta taj'alul hazna idzaa
syi'ta sahlaa." (Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat
mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki
pasti akan menjadi mudah.). Terima kasih.
|
19
|
09.09.19
11.01 PM
|
Secara filsafat, apa yang terjadi di dalam Pikiran
kita, ketika kita sedang berpikir?
|
Terima kasih Prof atas ilmu dan bahan perenungannya.
Tulisan di atas memberikan pelajaran bahwa berpikir secara filsafati bukan
semata-mata melakukan proses olah pikir tentang yang ada ataupun yang mungkin
ada, yang positif ataupun negatif, bukan pula semata tentang memadukan
pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengalaman, untuk mendapatkan
kebenaran. Berpikir secara filsafati dalam konteks teori berpikir
sesungguhnya mesti merefer pemikiran dari para filsuf sebab itulah standar
dan kriterianya. Jika tidak, berpikir tersebut masih dalam kategori
hypothetical analysis. Maka, mengenal pemikiran para filsuf seperti Plato,
Socrates, Aristoteles, Rene Descartes, David Hume, Immanuel Kant, dan
lainnya, kemudian menjadikannya sebagai rujukan sangatlah penting jika hendak
berpikir filsafat.
Demikian pelajaran mendasar yang saya dapatkan dari tulisan ini. Mohon maaf dan terima kasih. |
20
|
09.09.19
11.32 PM
|
Elegi Menggapai Menilai Normatif
|
Dari tulisan di atas saya melihat bahwa perdebatan
tentang formal dan normatif tidak semestinya terjadi. Keduanya bersifat
komplementer, saling melengkapi karena masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Bisa dikatakan bahwa masing-masing bernilai setengah, dan
karenanya agar bisa utuh perlu memadukan keduanya. Formal cenderung melihat
pada kesesuaian dengan sistem/ketentuan/peraturan/prosedur/standar/dll. yang
berlaku. Sedangkan normatif melihat pada sisi pantas atau tidaknya, etis atau
tidaknya, bermanfaat atau malah mudharatnya. Keduanya dapat menjadi
kolaborasi yang sinergis dalam menghadapi hal pragmatis, ingin serbamudah dan
enak, yang kian merebak.
Demikian yang bisa saya utarakan. Mohon maaf dan terima kasih. |
21
|
09.09.19
11.52 PM
|
Elegi Seorang Guru Menggapai Kesempatan
|
Terima kasih Prof atas tulisan di atas. Tulisan ini
laiknya pintu kesempatan untuk menggapai kesempatan-kesempatan dalam tulisan
lainnya. Semoga kesempatan-kesempatan itu menjadi rahmat. Aamiin.
|
22
|
10.09.19
10.51 PM
|
Hermenitika Hidup
|
Diaram di atas menggambarkan tentang kehidupan yang
dijalani manusia dalam empat fase dan atau tingkatan. Pada fase awal
(material) dan fase akhir (spiritual), strukturnya satu dan bersifat linier,
menunjukkan bahwa hidup hanya sekali dan manusia adalah makhluk ciptakan Tuhan
yang mesti menjalani kehidupannya semata-mata untuk kembali kepada-Nya.
Sedangkan pada fase kedua (formal) dan fase ketiga (normatif) strukturnya
plural sebab dalam menjalani kehidupannya, manusia dengan berbagai potensi
(fisik dan nonfisik) yang dimilikinya (pemberian Tuhan) berhadapan dengan
berbagai persoalan, yang kompleks. Kondisi kehidupan manusia laiknya roda
yang berputar, satu waktu enak tapi di waktu yang lain tidak mengenakkan,
satu waktu di atas (memiliki kuasa) tapi di lain waktu berada di bawah.
Bahkan tidak jarang terjadi siklus, kejadian serupa (mirip tapi tidak persis
sama) terjadi kembali (berulang). Dalam fase inilah, tantangan, hambatan,
godaan yang kompleks dihadapi manusia dalam kehidupannya, terutama adanya
perkembangan ipteks yang pesat. Untuk itulah, agar manusia bisa menjalani
kehidupannya secara teratur dan mencapai tujuan hidupnya, manusia meski bisa
memadukan hal formal dan normatif. Formal menjadi pedoman agar manusia dapat
menjalani kehidupannya sesuai dengan aturan. Kemudian dilengkapi dengan
normatif yang menjadi pedoman etisnya. Keduanya berangkat sekaligus bermuara
pada hal spiritual (salah satunya agama). Ada satu ungkapan bahwa "ilmu
tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah pincang".
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
23
|
10.09.19
11.08 PM
|
Bagimana Meningkatkan Dimensi Notion Kita?
|
Dari tulisan di atas, menurut saya ada hal mendasar
yang mesti dilakukan untuk bisa meningkatkan notion, yakni banyak membaca,
termasuk juga bertanya dan berdiskusi. Dalam konteks filsafat, tentunya
bacaan tentang pemikiran dari para filsuf, baik berupa tulisan mereka
langsung maupun pihak lain yang menuangkan pemikiran para filsuf tersebut.
Kualitas notion akan baik dan meningkat apabila berpikir dan mengungkapkan
pikiran tidak semata hyphotetical melainkan merefer pemikiran para filsuf.
Hal ini membutuhkan proses dan upaya.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Terima kasih. |
24
|
10.09.19
11.40 PM
|
Elegi Jebakan Filsafat
|
Menurut saya, tulisan di atas berisi pernyataan
tegas yang halus. Sesungguhnya manusia diharapkan mampu mengenali dirinya
sendiri, kelebihan dan kekurangannya, batasan-batasan yang bisa ia lewati
ataupun tidak, hal-hal yang bisa ia lakukan ataupun tidak, hal yang menjadi
haknya atau bukan haknya, dll. Mengenali diri ini penting agar manusia
terhindar dari berbagai jebakan: pikiran, sikap, dan sebagainya. Dengan
begitu, ia pun bisa tahu ada di mana: (1) tahu di tahunya, (2) tahu di tidak
taunya, (3) tidak tahu di tahunya, atau (4) tidak tahu di tidak tahunya.
Maka, manusia diharapkan untuk tidak cepat merasa puas, terus belajar, bersikap rendah hati, terus memperbaiki kualitas diri, dan berusaha untuk lebih baik, yang dilandasi dengan niat yang tulus dan ikhlas, usaha dengan kesungguhan hati, serta berdo'a dan berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
25
|
11.09.19
12.16 AM
|
Jargon Kebaikan dan Keburukan
|
Kebaikan dan keburukan ibarat dua sisi mata uang.
Adanya kebaikan karena adanya keburukan, demikian sebaliknya. Sebagaimana
halnya siang dan malam, terang dan gelap, bagus dan jelak, tinggi dan rendah,
dan sebagainya. Bisa disebut masing-masing sebagai pembanding sekaligus ujian
dari masing-masing. Keduanya terus saling mempengaruhi, saling tarik menarik,
saling mendominasi. Bahkan keduanya bisa bertukar posisi dalam ruang dan
waktu yang berbeda serta subjektivitas pelaku dan oposisi pelaku. Suatu
kebaikan bisa dianggap keburukan, akibat ketidasesuaian waktu ataupun cara
melakukannya. Misalkan, memberi sedekah kepada pengemis di lampu merah adalah
suatu kebaikan, tapi bisa dianggap sebagai keburukan karena melanggar
peraturan yang telah dibuat pemerintah.
Demikian halnya dengan keburukan, ia akan dianggap kebaikan ketika dikemas sedemikian rupa. Misalnya, memberikan contekan kepada teman saat ujian. Tindakan contek menyontek ini adalah keburukan, tapi dinilai kebaikan oleh temannya karena dianggap membantunya. Meski begitu, seperti yang telah Prof sampaikan di akhir tulisan, sebaik-baik kebaikan adalah yang berlandaskan pada keimanan, keikhlasan, ketawadhu'an, serta istiqomah dalam menegakkan kebenaran. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
26
|
11.09.19
11.35 AM
|
Elegi Menggapai Diri
|
Dari tulisan di atas, pesan yang dapat saya tangkap
adalah bahwasanya diri manusia tidaklah bersifat tunggal melainkan berdimensi
banyak, bahkan tidak terbatas. Manusia diberikan kebebasan untuk mengelola
dan menetapkan dirinya apakah ia terbuka atau tertutup. Untuk itu, manusia
perlu mengenal dirinya (kelebihan, kekurangan, dsb.) agar mampu mengelola
kediriannya dengan baik, tidak terperangkap dalam "jebakan", dan
akhirnya mampu menjalani kehidupannya sesuai dengan yang ditetapkan Sang
Pencipta, (hablu min Allah dan hablu min annas).
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
27
|
12.09.19
12.06 AM
|
Ontologi Saintifik
|
Ingin tahu adalah kodrat manusia, demikian
pernyataan Aristoteles. Ingin tahu ini tidak semata disadari melainkan
diwujudkan menjadi pengetahuan. Dalam konteks filsafat, Plato menyatakan
bahwa rasa ingin tahu ini bukanlah dalam pengertian secara umum (common
sense), melainkan adanya "rasa kagum", terutama terhadap sesuatu
yang sederhana dalam pengalaman kehidupan sehari-hari. Karena rasa kagum
dimulai dari hal yang jelas, maka untuk mendapatkannya (sesuatu yang ingin
dicari/diketahui) mesti diketahui dulu apa yang hendak dicari/diketahui itu.
Ini dikarenakan hal yang ingin dicari/diketahui bukanlah semata
adanya/hadirnya, melainkan hakikatnya. Tidak jarang, untuk hal sederhana
dalam kehidupan sehari-hari, kita merasa sudah mengetahuinya secara jelas
akan sesuatu, padahal yang kita ketahui barulah pada kejelasan sifat umumnya
(common sense), belum pada hal hakikatnya, bisa jadi karena kita tidak pernah
memikirkannya, kecuali ada yang menanyakan. Misal, banyak orang tahu apa itu
"Hak dan Kewajiban", namun yang diketahuinya biasanya berangkat
dari apa yang diketahui secara umum (common sense). Akan tetapi, ia sulit
memberikan penjelasan tentang hakikatnya ketika diminta.
Tulisan Prof di atas secara singkat menguraikan tentang pembentukan ilmu pengetahuan: teori, proses, kategori, struktur, beserta tokohnya. Dalam dugaan saya, tulisan Prof di atas, selain untuk berbagi pengetahuan, juga bisa dimaknai sebagai upaya mendorong (motivasi) kepada para pembaca untuk berproses memiliki "rasa kagum" dan selanjutnya mampu meningkatkan notion-nya. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
28
|
12.09.19
12.35 AM
|
Elegi Kerajaan Stigma
|
Stigma adalah hal buruk, yakni ciri negatif yang
menempel/ditempelkan kepada individu/kelompok yang dianggap musuh/pihak yang
berbeda kepentingan: politik, ekonomi, sosial, budaya, dll. Tujuannya adalah
untuk menjatuhkan individu/kelompok yang dianggap musuh tersebut. Cerita di
atas menunjukkan bahwa stigma dibentuk secara sistematis, bisa dalam bentuk
fitnah, isu, gosip yang disebarkan sehingga dipercaya oleh khalayak. Stigma
bisa berdampak pada terbunuhnya karakter bahkan fisik pihak yang dianggap
musuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa stigma adalah hal yang buruk dan jahat.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
29
|
12.09.19
01.07 AM
|
Elegi Jejaring Stigma
|
Stigma bisa disebut sebagai penyakit, bisa muncul
karena individu/kelompok yang distigmakan atau dari individu/kelompok lain.
Stigma sebagai ciri negatif yang menempel/ditempelkan pada individu/kelompok
tertentu sering digunakan untuk kepentingan tertentu (politik, ekonomi,
sosial, budaya, dll.) untuk menjatuhkannya. Sebagai makhluk sosial, kita
diajarkan untuk bersikap saling menghormati, saling menghargai, saling
menyayangi, saling menolong, dll. Bahkan dalam agama Islam disebut bahwa
sesama Muslim adalah saudara sehingga siapa pun yang mengumbar aib saudaranya
(dengan cara ghibah atau gosip) diibaratkan memakan bangkai saudaranya itu.
Begitupun ungkapan "fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan".
Penggunaan stigma sungguh tdak baik dan bertentangan dengan nilai-nilai agama
dan kemanusiaan. Untuk itulah, diperlukan adanya pengetahuan, sifat dan sikap
"mawas diri", kritis, dan menggunakan nurani bukan ego/emosi.
Sebagai makhluk yang memiliki akal pikiran dan nurani, apabila ada
mendapatkan informasi/hal yang negatif terkait satu individu/kelompok,
sebaiknyalah mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya karena seringkali yang
didengar ataupun dilihat bukanlah hal yang sebenarnya. Semoga kita terhindar
dari stigma.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
30
|
12.10.19
11.12 PM
|
Jargon Pengakuan Subyek Belajar Filsafat
|
Belajar filsafat memang sungguh tida mudah. Seperti
yang dikatakan Prof. Marsigit, butuh ihtiar dan hati yang ikhlas untuk terus
membaca dan merujuk pada pemikiran para filsuf serta kesediaan untuk
menerjemahkan dan diterjemahkan.
Terkait dengan tulisan di atas, sebuah jargon dikenalkan Prof. Marsigit, yakni sebuah pengakuan. Jika merujuk pada diri saya sendiri, jargon tersebut juga cocok menjadi jargon saya, tertutama yang juga sedang belajar filsafat. Jargon-jargon semacam ini banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Persoalan jargon pun terus berkembang seiring kehidupan manusia, utamanya terkait dengan perkembangan bahasa. Persoalan bahasa ini sudah sejak dulu sudah menjadi perhatian para filsuf sejak masa klasik, meskipun baru berkembang ketika muncul linguistik modern yang dipelopori oleh de Saussure. Kemunculan linguistik ini dikarenakan banyaknya kesalahan ataupun penyimpangan dalam penggunaan bahasa, termasuk dalam filsafat. Jika linguistik bertujuan mendapatkan kejelasan tentang bahasa atau mencari hakikat bahasa. Sedangkan filsafat bahasa hakikat ilmu pengetahuan konseptual yang di dalamnya mempelajari bahasa sebagai objek (Dasuki, 2018, "Perdebatan Para Filsuf Tentang Bahasa: Mulai Awal Munculnya Kajian Filsafat Bahasa". openjournal.unpam.ac.id) Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
31
|
13.09.19
08.35 PM
|
METAFISIK
|
Seperti yang Prof tulis di atas bahwa meta berarti
di sebaliknya, yang tidak tunggal. Dalam percakapan di atas dapat dilihat
perbedaan metafisik/berpikir filsafat (Semar) dan common sense/berpikir
berdasarkan anggapann umum (Bagong, Petruk, gareng). Pada umumnya, orang
merasa/menyadari bahwa ia punya (sejumlah) pengetahuan melalui keyakinan yang
dianggap pasti benar tanpa pernah mempertanyakan kedudukan kebenarannya
karena telah menjadi common sense. Berbeda dengan berpikir metafisik yang
tidak langsung menerima common sense, melainkan mempertanyakan kedudukan
kebenarannya (yang disebaliknya). Inilah mengapa metafisik/epistemologi
bersifat reflektif, termasuk terhadap common sense, untuk menemukan kepastian
pengetahuan yang dianggap lebih pantas. (Gallagher [terj.] 1994: 17-18)
Percakapan di atas menyiratkan apa yang dikatakan oleh Socrates bahwa "apa yang seseorang tahu adalah apa yang ia tidak ketahui." (Baggini [terj.] 2004: 15). Maka, untuk tahu yang disebaliknya, seseorang perlu mempertanyakan pengetahuannya itu melalui refleksi untuk menemukan kepastian akan pengetahuan yang dianggap (lebih) pantas. (Gallagher 1994: 18). Meski begitu, yang perlu diperhatikan adalah hal kejujuran dan kerendahan hati, tidak merasa mengetahui semua hal dan mampu mengakui hal-hal yang tidak diketahui. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
32
|
13.09.19
09.45 PM
|
Elegi Ritual IKhlas 10: Bermunajat Kepada Allah SWT
|
Manusia adalah makhluk paling mulia, sebaik-baik
makhluk ciptaan Allah SWT, memiliki kesempurnaan bentuk dan kelebihan akal
pikiran, yang diciptakan untuk mengabdi (beriman dan beribadah) kepada Allah
SWT. Sebagai abdi yang istimewa, manusia diberi amanat sebagai khalifah di
muka bumi yang membawa rahmatan lil'alamin: mewujudkan kemakmuran dan
kebahagiaan hidup.
Untuk menjalankan amanatnya, manusia diberikan berbagai potensi, baik untuk mengembangkan kualitas dirinya maupun kualitas makhluk lainnya. Selain potensi yang positif, manusia juga memiliki potensi negatif yang dapat mendorong manusia ke arah yang merugikan seperti kecenderungan berlaku zalim, mengingkari nikmat, mudah putus asa, sombong, dan lalai. Kontradiksi ini menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah dan bergantung pada Penciptanya. Oleh sebab itu, manusia mesti selalu memohon petunjuk dalam setiap menjalankan amanatnya, memohon kebaikan/perlindungan, dan memohon ampunan setiap melakukan kesalahan. Do'a adalah salah satu media yang digunakan. Melalui do'a (yang ikhlas dan dengan kerendahan diri), manusia akan semakin sadar akan hakikat dirinya sebagai makhluk. Melalui do'a (yang ikhlas dan dengan kerendahan diri), manusia akan semakin dekat dengan Penciptanya. Demikian yang dapat saya sampaikan dan terima kasih. |
33
|
13.09.19
10.22 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 37: Ketika Pikiranku Tak Berdaya
|
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna. Ia
diberikan kelebihan bentuk, akal pikiran, dan qalbu. Dengan kelebihan akal
pikirannya, manusia bisa mengetahui berbagai hal, namun tidak semua hal.
Dengan kelebihan qalbu, manusia bisa merasa. Akal pikiran dan qalbu ini
saling komplementer, menjadi pelengkap sekaligus penyeimbang masing-masing.
Meski begitu, keduanya memiliki keterbatasan dalam mengetahui sesuatu ataupun
memecahkan persoalan. Untuk itulah perlunya berdo'a (yang khusyuk dan ikhlas)
dan berserah diri pada Sang Pencipta sehingga akan didapatkan rahmat dan
hidayah dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan dan terima kasih. |
34
|
13.09.19
11.08 PM
|
Elegi Memahami Elegi
|
"Tidak mungkin belajar filsafat tanpa
membaca" dan itu adalah pilihan yang mesti dijalani dengan keikhlasan.
Terima kasih Prof atas tulisan reflektifnya. Semoga saya diberikan
kesempatan, kemampuan, dan kekuatan untuk bisa terus belajar, belajar dengan
penuh keikhlasan. Meskipun tidak mudah, semoga membawa berkah dan manfaat.
Aamiin.
Terima kasih. |
35
|
14.09.19
10.48 PM
|
Jargon Para Obyek
|
Subjek, objek, dan jargon saling menyatu, sebuah
hubungan yang bersifat interaktif. Subjek adalah pelaku dan objek adalah
sasaran perlakuan. Dalam keadaan tertentu, subjek dan objek tidak jarang
bertukar posisi, subjek dijadikan objek dan objek menjadi subjek. Adapun
jargon merupakan istilah atau sebutan khusus bagi subjek ataupun objek
tertentu (dalam KBBI, jargon diartikan "kosakata khusus yang digunakan dalam
bidang kehidupan (lingkungan) tertentu". Jargon akan mengikuti (melekat
pada) sifat atau kekhususan dari subjek ataupun objek tertentu, tidak bisa
digunakan secara serampangan di luar subjek ataupun objek tertentu tersebut.
Dalam kehidupan nyata, jargon merupakan hal yang tak terhindarkan sebab menurut pernyataan Prof di atas "dunia adalah jargon" kecuali hanya kuasa dan milik Tuhan YME. Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
36
|
14.09.19
11.18 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas I: Informasi awal
|
Terima kasih Prof atas tulisan renungannya. Sebagai
informasi awal, tulisan di atas memberikan beberapa pelajaran bermakna dalam
kehidupan, dalam konteks tulisan ini terkait dengan hal spiritual dan ikhlas
seperti pentingnya niat dalam berbagai tindakan, persiapan diri, istiqamah,
kerendahan hati, dan penyerahan diri pada Sang Pencipta. Cerita di atas
memberikan gambaran tentang dua sifat/kondisi yang berbeda (bahkan mungkin
bertolak belakang) pada dua individu (hal ini seperti gambaran tentang realitas
yang ada). Satu pihak cenderung lebih mengedepankan akal-pikiran,
kesombongan, dan persiapan yang bersifat jasmaniah. Sedangkan yang satu lagi
menggunakan akal-pikiran, kerendahan hati, dan jasmaniyah-ruhaniyah.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
37
|
14.09.19
11.38 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 2: Persiapan Teknis 1
|
Ritual ikhlas terkait dengan hal ibadah., yang
sesuai dengan tuntunan Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, Ijma’,
dan Qiyas. Dalam hal apa pun, tak lepas dari adanya aturan agar dapat
terlaksana secara benar, baik, dan lancar. Selain itu, perlu adanya kesucian
diri (jasmani dan ruhani) serta adab yang benar.
Hal ukhuwah pun sangat penting dijaga, saling mengingatkan, saling menghormati, saling menghargai, melaksanakan hak dan kewajiban secara adil sebab semua manusia sama derajatnya di mata Allah SWT, yang membedakan adalah ketakwaan dan keikhlasannya. Maka, manusia hendaknya berlomba dalam kebaikan untuk mencapai ridho Allah SWT. Demikian yang bias saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
38
|
14.09.19
11.57 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 3: Persiapan Teknis 2
|
Cerita di atas menegaskan bahwa ketaatan dalam
menjalankan aturan adalah hal penting, apalagi terkait dengan hal ibadah.
Meskipun beragam godaan mencoba mengusik, misalnya ketenaran. Semua memiliki
derajat yang sama, tidak memandang pangkat, golongan, status sosial, dan
sebagainya. Dalam hal ibadah, keridhoan Allah SWT adalah tujuan utama, bukan
fasilitas. Hal-hal yang dapat mengganggu (jimat, pusaka, ilmu ghaib, dll.)
perlu disingkirkan sebab untuk berhubungan dengan Allah sebagai Pencipta
tidak membutuhkan media apa pun dan bersifat langsung.
Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya dan meningkatkan amal ibadah untuk mendapat ridho-Nya. Aamiin. Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
39
|
15.10.19
10.06 PM
|
Elegi Wawancara Dengan Dr Marsigit MA
|
Terima kasih Prof. Tulisan di atas memberikan
informasi yang membuat saya bisa lebih mengenal sosok Prof. Marsigit terkait
dengan pengalaman, pemikiran tentang penddikan dan filsafat, sosok yang
memberikan pengaruh dalam pemiiran dan kehidupan, pandangan tentang hal
spiritualitas, serta harapan-harapan, yang disampaikan dalam cerita yang
penuh dengan materi filsafat. Cerita ini menjadi inspirasi untuk mengenal
diri dengan baik sehingga bisa menjadi lebih baik lagi dan tak lupa untuk
selalu mengingat Tuhan yang Maha Berkehendak atas hamba-Nya. Semoga kita
senantiasa dalam ampunan dan lindungan-Nya. Aamiin.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
40
|
15.09.19
11.21 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 4: Cantraka Sakti belum Ikhlas
|
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas
adalah untuk mencapi ikhlas dibutuhkan adab yang benar: kesucian, ketulusan,
dan kerendahan hati, istiqomah dan kedisiplinan, menghormati/menghargai yang
lain, serta tidak mudah menggampangkan sesuatu. Penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi ataupun gelar atau status (akademik ataupun sosial) yang tinggi
tidak menjamin seseorang bisa mendapatkan ikhlas ataupun kesuksesan. Ikhlas
ataupun kesuksesan tidak berdasarkan cara berpikir seseorang meskipun
sederhana, sepanjang mau terus berlajar dan introspeksi.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
41
|
15.09.19
11.31 M
|
Elegi Ritual Ikhlas 5: Cantraka Hitam Menguji Ilmu
Hitamnya
|
Sebagaimana dalam "Elegi Ritual Ikhlas I",
elegi di atas menegaskan pentingnya niat dan memohon perlindungan dari Sang
Pencipta. Tak ada satu pun tempat memohon perlindungan dan pengampunan selain
Allah SWT. Sebelum melakukan sesuatu hendaknya berniat dengan sungguh-sungguh
dan selalu mengingat-Nya untuk mendapatkan perlindungan. Selain itu,
perbuatan yang baik (seperti ibadah) hendaknya terus dilakukan.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
42
|
15.09.19
11.49 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 6: Cantraka Sakti Berkonsultasi
kepada Muhammad Nurikhlas
|
Tantangan dan godaan untuk bisa ikhlas ada banyak,
salah satunya penyakit hati (kesombongan dan ketidakpedulian). Untuk itu,
dibutuhkan niat yang sungguh-sungguh, komitmen yang kuat, berserah diri,
keinginan untuk berubah menjadi baik, toleransi, fokus/kekhusyukan, dan terus
belajar. Selalu beristighfar, berzikir, dan berdo'a untuk memohon petunjuk,
ampunan, dan perlindungan-Nya karena manusia memiliki keterbatasan dan
tempatnya salah. Pikiran dan hati sepenuhnya dicurahkan untuk berkomitmen
memperbaiki diri menjadi baik dan lebih baik lagi untuk kehidupan duniawi dan
ukhrowi.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan tetima kasih. |
43
|
16.09.19
12.07 AM
|
Elegi Ritual Ikhlas 9: Menggapai Keutamaan Dzikir
|
Dalam keseharian, hendaknya kita selalu berzikir
untuk selalu mengingat Allah SWT dan berdo'a untuk memohon ampunan dan
perlindungan-Nya. Dengan begitu, kita pun selalu menyadari betapa tak terhingga
nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya untuk kita dan kita wajib
bersyukur dengan ikhlas. Sebagaimana janji Allah bahwa siapa pun yang
bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya, maka nikmat itu akan ditambah. Akan
tetapi, siapa pun yang enggan bersyukur atau bahkan mendustai nikmat
tersebut, maka Allah akan memberikannya balasan/azab yang sangat pedih.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. |
44
|
16.10.19
09.36 PM
|
Elegi Purusa Arkitektonia
|
Purusa berarti penyebab adanya sesuatu. Arkitektonia
berarti arsitek atau pembangun utama
(https://www.bumchecks.com/biblecommentary/tag/meaning-of-architekton/).
Secara sederhana, purusa arkitektonia dapat dipahami sebagai Sang Pencipta
alam semesta, dengan sistem dan struktur sedemikian rupa. Dalam konteks
manusia, purusa arkitektonia dapat dipahami secara beragam, tergantung pada
tingkatannya. Dalam sistem keluarga, misalnya, purusa arkitektonianya adalah
kepala keluarga atau orang yang memiliki tanggung jawab utama menjadikan
keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Atau dalam sistem pembelajaran, purusa
arkitektonianya adalah guru, yang fokus memberikan ilmu kepada siswa dengan
penuh ikhlas dan penuh kasih. (https://id.wikipedia.org/wiki/Purusa).
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
45
|
16.09.19
10.20 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 7: Tanya jawab pertama perihal
Hati yang Ikhlas
|
Dalam Elegi Ritual Ikhlas 6 telah disinggung tentang
salah satu penghalang ikhlas, yakni penyakit hati (dalam hal ini sombong). Di
sini dijelaskan lagi penghalang lainnya, yakni penyakit hati berupa riya’
atau suka pamer. Padahal, ibadah dilakukan semata-mata sebagai kewajiban,
yang mesti dilakukan secara benar dan baik., dimulai dari niat. Munculnya
sifat/sikap riya’ ini kadangkala tidak disadari oleh seseorang, tapi
dipandang orang lain sebagai riya’. Bisa saja seseorang tidak bermaksud riya’
tapi dipandang oleh orang lain (seolah) sebagai riya’. Orang yang menilainya
sebagai riya’, padahal tidak dimaksudkan seperti itu, bias jadi karena ada
penyakit hati di dirinya, mudah su’udzon, iri hari, dan sebagainya. Hal ini
tidak lepas dari godaan syaitan. Inilah mengapa pentingnya niat sebelum
melakukan sesuatu untuk meminta perlindungan Allah dari godaan syaitan agar
bias melaksanakan ibadah (atau pekerjaan apa pun) dengan ikhlas, benar, dan
baik. Dengan adanya keikhlasan, godaan tersebut dapat diatasi karena ikhlas
menutup pintu bagi syaitan.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
46
|
16.09.19
10.48 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 8: Tata Cara atau Adabnya Orang
Berdoa
|
Sebagaimana Prof jelaskan di atas bahwasanya
berdo’a, sebagai permohonan kepada Sang Khalik, hendaknya dilakukan dengan
adab yang baik, penuh kerendahan hati, dan tidak berlebihan Jangankan memohon
kepada Sang Khalik, memohon/meminta kepada sesama manusia saja ada adab dan
etikanya.
Berdo’a tidak boleh secara sembarangan, harus memerhatikan hal tempat, cara, keadaan, waktu, dan isi do’a. Berdo’a hendaknya dilakukan di tempat-tempat yang pantas dan suci, tidak di sembarang tempat. Berdo’a dilakukan dengan cara yang baik dan sesuai tuntunan, dengan suara yang pelan/lirih, menengadahkan tangan, merendahkan diri, tidak asal-asalan. Berdo’a harus memerhatikan keadaaan, baik diri orang yang berdo’a maupun keadaan di tempat ia berdo’a. Berdo’a juga mesti memerhatikan hal waktu sehingga berdo’a bisa dilakukan dengan baik, tidak tergesa-gesa ataupun di waktu-waktu yang kurang pas. Kemudian dari isi do’a, hendaknya berdo’a akan hal-hal yang baik, tidak mendo’akan keburukan, baik diri sendiri, orang lain, maupun makhluk lain. Selain itu, hal yang dido’akan pun bukan hal yang berlebih-lebihan. Sebaik-baik do’a adalah yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Demikian yang bias saya sampaikan. Mohn maaf dan terima kasih. |
47
|
17.10.19
11.15 PM
|
Elegi Membongkar Mitos Teori Kemampuan Otak
|
Menurut saya, elegi di atas menunjukkan beberapa
hal. Pertama, bahwasanya bersikap skeptis itu penting sebagai pintu masuk
untuk perkembangan teori (ilmu pengetahuan). Tapi, bersikap skeptis saja
tidak cukup, dibutuhkan berbagai perangkat yang memadai (teori, praktik
pengalaman, media, dst.), agar teori (ilmu pengetahuan) yang ingin
dikembangkan terarah dan sesuai sehingga bias membantah teori lama.
Kedua, otak adalah sebuah sistem yang kompleks, sebagaimana tata surya. Otak adalah tempatnya akal dan kemampuan berpikir. Masing-masing bagiannya (otak kanan, agak kanan, agak kiri, kiri: otak atas, agak atas, agak bawah, bawah: otak depan, agak depan, agak belakang, belakang) memiliki kemampuan dan fungsi berpikir yang berbeda-beda, baik pada tataran material, formal, normatif, maupun spiritual. Meski begitu, semuanya memiliki titik persinggungan (baik kanan ke kiri, maupun atas ke bawah), yakni di otak tengah. Otak tengah inilah yang menyeimbangkan semua kemampuan berpikir otak. Dan pada otak tengah inilah berpikir kritis diproduksi sehingga tidak didominasi oleh salah satu kemampuan berpikir saja. Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
48
|
17.09.19
11.20 PM
|
Elegi Pemberontakan Para Sombong
|
Saya sependapat dengan pernyataan Sdr. Hendra Bahar
bahwa contoh yang disampaikan oleh Sdr Dessy Kristianto tidaklah tepat sebab
sombong adalah perilaku negatif dan merugikan. Sombong adalah perbuatan tercela
yang tidak sesuai dengan tuntunan agama Islam yang mengajarkan akhlak
al-karimah. Dan kesombongan yang paling buruk menurut Al Imam Adz Dzahabi
adalah menyombongkan diri dengan ilmunya (Al-Kabaa’ir ma’a Syarh li Ibni al-‘Utsaimin). Oleh karenanya, Islam melarang dan mencela sifat dan sikap sombong karena sombong adalah sifatnya syaitan, yakni menolak kebenaran dan merendahkan yang lain. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong (QS. An-nahl: 23). Inilah yang menjadi tugas Nabi Muhammad Saw diturunkan Allah ke muka bumi, yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia (HR. Ahmad 2/381). Adapun contoh yang disampaikan oleh Sdr Dessy Kristianto menurut saya termasuk sikap tawadhu yang berseberangan dengan sombong. Tawadhu dapat diartikan dengan ketundukan sepenuhnya kepada Allah, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Furqaan: 63, "Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” Jadi, tidak dikatakan sombong apabila seseorang menolak diajak melakukan perbuatan tidak baik, melainkan tawadhu' karena ia sesungguhnya mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
49
|
17.09.19
11.58 PM
|
Elegi Pemberontakan Para Etik dan Estetika
|
Menurur saya, etik dan estetik mesti seiring
sejalan. Tidak bisa masing-masing saling menafikan atau menegasikan. Sebaik-baiknya
yang benar adalah yang benar juga baik. Ungkapan "Katakanlah yang benar
meskipun pahit" kadang terkesan berlebihan. Namun, sesungguhnya tidaklah
demikian sebab untuk mengatakan kebenaran tetap harus dengan cara-cara yang
baik, bukan dengan cara yang buruk. Jadi, harus ada keselarasan antara niat
dan cara yang sama-sama benar dan baik.
Ada juga ungkapan bahwa berbohong demi kebaikan, yang menurut saya tidak bisa serta merta disebut sebagai perbuatan tidak benar dan tidak baik. "Berbohong" di sini tidak bisa langsung dianggap sebagai perbuatan tercela melainkan perlu diketahui dulu duduk perkaranya: niatnya, ketidakterusterangan tentang apa, cara menyampaikannya, dan akibat yang bisa ditimbulkan apabila disampaikan dengan terus terang. Tetapi, bukan berarti kebohongan yang disampaikan dengan baik lantas dibenarkan. Kondisi ini bisa jadi kontradiktif. Inilah mengapa penting mendasarkan diri tidak semata pada otak/pikiran/ilmu, melainkan juga perlu mendasarkan pada hati/qalbu. Logos dan mitos akan menjadi liar apabila tidak didasari juga dengan etik dan estetika. Etik dan estetika yang bersemayam dalam qalbu ini mesti pula dicari dengan logos. Semoga Allah menganugerahkan kecerdasan hati pada kita. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
50
|
17.09.19
08.17 PM
|
Menembus Ruang dan Waktu
|
Ingin tahu adalah kodrat manusia, demikian
dinyatakan oleh Aristoteles. Keingintahuan ini dikarenakan kodrat lain
manusia, yakni ketidaktahuannya. Secara umum, pengetahuan yang didapat atau dimiliki
manusia berangkat dari anggapan umum/akal sehat sehingga apa yang
diketahuinya sebagaimana yang diketahui orang-orang lain.
Dalam konteks filsafat, menurut Plato, keingintahuan ini berangkat dari "rasa kagum" terhadap apa pun yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari rasa kagum ini, muncul pertanyaan-pertanyaan yang kemudian dicari tahu jawabannya, tapi bukan tahu dalam pengertian umum, melainkan tahu tentang hakikatnya. Inilah mengapa filsafat dianggap Plato sebagai "pembukaan mata" sekaligus "pembalikan diri" seseorang atas apa yang telah dialaminya sehingga tidak jarang seseorang merasa mengetahui sesuatu, namun dalam kenyataannya tidaklah demikian (sejalan dengan pertanyaan pertama dan kondisi yang juga tidak jarang saya alami). Inilah mengapa filsafat disebut juga dengan refleksi dan bersifat kritis. (Hadi, Hardono 1994: 13-16). Sebagai makhluk, manusia memiliki keterbatasan: pengetahuan, kecerdasan, daya nalar, kemampuan mengembangkan diri,dan sebagainya.Kesempurnaan semata-mata milik Allah, Tuhan YME. Kelebihan yang dimiliki oleh manusia (kecerdasan misalnya) adalah karunia yang patut disyukuri dan dijaga, bukan untuk disombongkan sebab, sebagaimana penegasan Prof. Marsigit di atas, "Di atas langit masih ada langit". Oleh karenanya, manusia hendaknya rendah hati dan ikhlas, tidak merendahkan orang lain, selalu ingat kepada Sang Pencipta (dzikir), istiqamah menjalankan ibadah, menghargai dan membantu orang lain, dan terus berusaha meningkatkan kualitas diri. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
51
|
18.09.19
09.26 PM
|
BAGONG TENAYA 11: Sepuluh Besar
|
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT
tentunya sangat patut dipanjatkan atas karunia yang telah diberikan, termasuk
prestasi yang diraih UNY. Pencapaian ini tentunya buah dari proses panjang
dan perjuangan yang tidak ringan, butuh komitmen dan sinergi semua elemen,
kepemimpinan yang kuat dan visioner, SDM yang mumpuni (dosen, pegawai,
mahasiswa), tata kelola yang baik, dan atmosfer yang kondusif.
Capaian prestasi ini tentunya tidak cukup hanya dibanggakan sebab, seperti yang Prof. sampaikan, tapi hendaknya juga menjadi pemicu untuk bisa mencapai prestasi yang lebih baik lagi ke depannya. Apalagi persaingan akan semakin ketat dan PT lain pun tentunya akan terus meningkatkan kualitas dan prestasi mereka. Semangat untuk menjadi yang terbaik telah dituangkan dalam visi UNY dan untuk mencapai itu tentunya perlu komitmen dan upaya bersama mengimplementasikan “kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas”. Jayalah selalu UNY. Semoga Allah meridho’i do’a dan upaya kita dan kita semua selalu dalam keberkahan dan lindungan-Nya. Aamiin. Demikian dari saya. Mohon maaf dan terima kasih. |
52
|
18.09.19
10.43 PM
|
Elegi Konferensi Internasional II Para Transenden
|
Menurut saya, percakapan dalam elegi di atas
menggambarkan kondisi dunia, di mana ketidakadilan terjadi dan saling berebut
kepentingan (utamanya penguasaan ekonomi dan politik). Kata adil dimaknai
secara sepihak oleh yang memiliki kekuasaan dan mesti diterima oleh yang
dikuasai tanpa embel-embel.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi alat untuk menguasai seluruh sendi kehidupan. Negara-negara yang tertinggal dalam hal penguasaan iptek akan tertinggal dan mudah dikuasai oleh negara-negara yang menguasai iptek. Indonesia misalnya, termasuk negara yang teringgal dalam penguasaan iptek, meskipun sudah mulai melakukan upaya-upaya untuk bisa berkompetisi dengan negara-negara maju tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan dalam hal pendidikan. Negara, dalam hal ini pemerintah, hendaknya mampu dan serius membuat kebijakan politik yang mendukung upaya-upaya tersebut. Jika tidak, Indonesia aka semakin tertinggal, bahkan dilibas oleh negara-negara maju tersebut dan hanya akan menjadi objek eksploitasi mereka. Meski begitu, pengembangan iptek tidak sekadar meniru, melainkan mesti tetap memerhatikan hakikat, jati diri, dan falsafah hidup bangsa yang dilandasi nilai-nilai relijiusitas. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
53
|
18.09.19
11.00 PM
|
Elegi Pertengkaran Belalang Spiritual dan Belalang
Logos
|
Menurut saya, percakapan di atas menunjukkan
bahwasanya manusia memiliki dua sisi yang kontradiktif, baik dan buruk,
sebagaimana Alah menciptakan alam semesta secara berpasang-pasangan, siang-malam,
terang-gelap, kanan-kiri, panas-dingin, dan sebagainya. Dua sisi kontradktif
ini seringkali muncul secara bergantian, baik disadari ataupun tidak, baik
dalam jeda waktu yang lama maupun sebentar. Untuk itulah perlu adanya
keseimbangan antara hal spiritual dan logos, sebagaimana ungkapan bijak
"agama tanpa ilmu adalah pincang dan ilmu tanpa agama adalah buta."
Dengan begitu, apa pun yang dilakukan dan diucapkan dipertimbangkan secara
hati-hati, baik-buruknya, ataupun akibat yang dapat ditimbulkan.
Dalam hal ucapan dan tindakan, harus konsisten dan mempertimbangkan hal benar dan baiknya. Jangan sampai asal mengucap dan bertindak tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan ucapan d engan tindakan mesti selaras. Jika tidak, ungkapan bijak "sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya" sangat mungkin terjadi. Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
54
|
19.09.19
09.41 PM
|
Elegi Menggapai Hati Kesatu
|
Elegi di atas menunjukkan bahwasanya kontradiksi itu
melekat pada diri manusia: pikiran, hati, tindakan. Kontradiksi tersebut
tidak tunggal dan saling terhubung, bahkan satu kontradiksi memunculkan
kontradiksi lainnya. Kontradiksi ini tidak hanya terjadi dalam diri satu
individu melainkan juga bisa terjadi antarindividu.
Seeorang seringkali tidak menyadari kontradiksi dalam dirinya sehingga butuh orang lain untuk mengingatkannya agat tidak terjerumus dalam hal yang buruk akibat kontradiksi tersebut. Ketika terjadi kontradksi antarindividu, maka dibutuhkan penengah agar tidak menjadi kontradiksi yang tak berujung dan berdampak negatif. Selain itu, penting kiranya menggunakan hati untuk mengimbangi/menyikapi kontradiksi tersebut, seperti ungkapa bijak, "kepala boleh panas, tapi hati harus tetap dingin". Selanjutnya, selalu mengingat dan memohon pada Sang Pencipta agar terlindungi dari kontradiksi yang membawa pada keburukan. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
55
|
19.10.19
10.23 PM
|
Sumber-sumber Pengetahuan, Macam Pengetahuan,
Pembenaran Pengetahuan dan Hubungan Pengetahuan yang satu dengan lainnya
|
Aristoteles merupakan salah satu filsuf utama etika
atau filsafat tentang tindakan etis manusia (moral). Pandangan Aristoteles
tentang etika yang mengedepanan tujuan (telos) menggapai kebaikan dituangkan
dalam Nicomachean Ethics. Inilah yang kemudian dipandang sebagai cikal-bakal
teleologisme etika, yang selanjutnya dikembangkan oleh Thomas Aquinas.
Menurut Aristoteles, kebaikan mesti dilakukan sebab ia menawarkan
kebahagiaan, yang mesti diperjuangkan karena tidak didapat begitu saja.
Kebahagiaan dapat digapai manusia dengan rasio atau akal budinya. (Sumber:
Dewantara Agustinus W. 2017. Filsafat moral: pergumulan etis keseharian hidup
manusia. Yogyakarta: Kanisius).
Demikianlah yang bias saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
56
|
19.09.19
11.05 PM
|
Elegi Menggapai Hakekat
|
Mengenal hakikat tidaklah mudah karena ia
tersembunyi. Untuk mengenalinya, dibutuhkan kesadaran akan kedudukan diri
(subjek dan objek) serta implikasinya dalam ruang dan waktu. Agar dapat
menggapai hakikat tersebut, diperlukan ilmu dan banyak membaca sehingga bisa
menerjemahkannya secara benar dan baik.
Meskipun dalam realita terlihat banyak dan beragam wujudnya, hakikat yang sesungguhnya adalah satu, Setiap kali hakikat didekati dan tabirnya dibuka, maka akan nampak hakikat lainnya, dan terus begitu, tanpa pernah selesai (infinite regress). Demikian yang dapay saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
57
|
19.09.19
11.31 PM
|
Elegi Memahami Sang Kanopi
|
Percakapan dalam elegi di atas menunjukkan beberapa
hal. Pertama, kesombongan adalah hal yang sia-sia sebab ibarat pepatah,
"masih ada langit di atas langit". Pada ruang dan waktu tertentu,
kita mungkin berada di atas atau berkuasa, namun pada ruang dan waktu yang
bersamaan, kita pun bisa berada di sutuasi sebaliknya.
Kedua, selalu ada kontradiksi pada sesuatu dan antara sesuatu dengan sesuatu lainnya. Misalnya kanopi, sebagai pembatas yang terbatas, di satu sisi ia menjadi pelindung/penolong dan di sisi lain sebagai penghalang/pengganggu. Precil, ular kecil, buaya kecil, ular besar, buaya besar, dan pemburu juga berada dalam kontradiksi, di satu ruang dan waktu, masing-masing bisa sebagai mangsa, sementara di ruang dan waktu lain sebagai pemangsa. Ketiga, kejadian-kejadian dalam elegi di atas menunjukkan bahwa mengetahui hakikat adalah proses membuka tabir sebab hakikat ada di sebalik tabir-tabir tersebut. Maka, sebenar-benar hakikat dan kanopi yang melindungi adalah Tuhan YME. Semoga kita senantiasa dalam lingdungan-Nya. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
58
|
20.10.19
08.51 PM
|
Atmospir
|
Dalam KBBI (daring), kata atmosfer memiliki tiga
pengertian, yakni: “1 lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai ketinggian
300 km (terutama terdiri atas campuran berbagai gas, yaitu nitrogen, oksigen,
argon, dan sejumlah kecil gas lain); 2 satuan tekanan yang besarnya sama
dengan tekanan udara pada permukaan laut (1,033 kg setiap cm2); 3 Sas suasana
perasaan yang bersifat imajinatif dalam naskah drama yang diciptakan oleh pengarangnya.”
Sehubungan dengan elegi di atas, kata atmosfer yang dimaksud merujuk pada pengertian yang ketiga. Kata atmosfer ini sudah lazim digunakan dalam keseharian, dengan pemaknaan yang kurang lebih sama, yakni menunjukkan suasana atau keadaan, yang bersifat ikonik dan kontekstual, baik material, formal, normatif, maupun spiritual. Meski begitu, penggunaannya mesti disesuaikan dengan tujuan, ruang, dan waktunya. Oleh karenanya, atmosfer mesti dipahami dan digunakan secara tepat (sesuai dengan ruang dan waktunya) serta tidak tumpang-tindih, sehingga kehidupan bisa berjalan sebagaimana mestinya. Misal, atmosfer bulan puasa tentunya tidak sama (atau tidak bisa disamakan) dengan atmosfer perniagaan. Atau, seorang petani tidak akan menanam padi di luar atmosfer cocok-tanam yang tepat, misalnya di musim kemarau. Dalam hal belajar, atmosfer akademik pun mesti tepat sebab jika tidak, proses pembelajaran tidak maksimal dan akan terganggu. Sebenar-benar atmosfer adalah diri manusia sendiri untuk menggapai atmosfer ridho dan kuasa Allah, Tuhan semesta alam. Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
59
|
20.09.19
10.17 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 12: Wasiat Muhammad Nurikhlas
kepada Para Cantraka : Meretas Sejarah Peradaban Manusia
|
Sungguh wasiat yang penting untuk direnungi.
Hidup adalah pilihan dan manusia berhak dan mesti menentukan pilihannya. Sejarah peradaban manusia yang panjang telah membuktikan bahwa hanya orang-orang yang memiliki kesadaran akan adanya kesempatan dan berani mengambilnya untuk melakukan “sesuatu” dengan segala risikonya mampu mengukir namanya dengan tinta emas dalam catatan sejarah, yang menembus ruang dan waktu. Keberanian mengambil pilihan tersebut tentunya tidak diambil secara asal-asalan, melainkan didasarkan pada rasionalitas berpikir, kesadaran diri akan kemampuan dan kelemahan yang dimiliki (pikiran dan tindakan), serta kesiapan menghadapi tantangan yang ada. Manusia sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan dan terbatasi, selain berihtiar juga mesti bertawakkal kepada Sang Khalik, memohon ridho-Nya, agar kesempatan yang diambil menjadi pintu baginya untuk mencapai keberhasilan, Semoga kita senantiasa berupaya untuk menjadi lebih baik dan berani memanfaatkan kesempatan yang ada. Semoga Allah meridhoi dan melindungi kita semua. Aaiin. Demikian yang bias saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
60
|
20.09.19
11.03 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 13: Memandang Wajah Rasulullah
|
Terima kasih Prof. untuk perenungan dalam elegi di
atas. Sebagai Muslim, tentunya memiliki keinginan untuk bisa melihat wajah
dari sosok teladannya yang suci. Keinginan ini sepertiya wujud dari kerinduan
(romantisme) dari umat yang tidak hidup sezaman dengan beliau. Bagaimana
tidak, selain asma Allah, nama beliau kita sebut setiap waktu sehingga memunculkan
keinginan itu. Hal ini mungkin saja terjadi, sebab banyak kisah mengenai
perjumpaan seseorang Muslim dengan Rasulullah SAW, baik saat tidur maupun
saat terjaga. Imam Bukhari, Muslim, dan Abu Daud meriyawatkan hal tersebut
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda "Barangsiapa melihatku dalam
tidur, maka ia akan melihatku ketika terjaga, dan setan tidak bisa
menyerupaiku". Kemampuan seseorang melihat Rasulullah ini, menurut
sejumlah ulama, termasuk karomah (kemuliaan).
Semoga kita mampu menjaga dan meningkatkan iman, Islam, dan ihsan kita sebagaimana yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW dan Allah senantiasa memberikan ridho dan karunia-Nya kepada kita. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
61
|
20.09.19
11.40 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 14: Perjuangan Dewi Umaya dan
Muhammad Nurikhlas
|
Dunia adalah kehidupan yang fana, semata-mata tempat
transit bagi manusia sebelum kembali pada-Nya. Untuk itu, manusia perlu
memiliki bekal untuk menjalani kehidupan akhirat kelak, yakni amal ibadahnya.
Diciptakannya manusia semata-mata hanya untuk beribadah pada Sang Khalik, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai makhluk, manusia sesungguhnya lemah, tak berdaya, bergantung pada kuasa Penciptanya. Maka, tiadalah hak bagi manusia untuk menyombongkan diri dengan harta, kekuatan, kekuasaan, kepintaran, dan sebagainya karena Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi zalim. Harta, kekuatan, kekuasaan, kepintaran, dan sebagainya merupakan titipan dari Allah untuk digunakan sebaik-baiknya. Namun tidak sedikit orang yang diberikan titipan tersebut bukannya bersyukur dan menggunakannya di jalan Allah, tapi malah membuatnya terlena dan berlaku semena-mena karena merasa itu semua hasil kerja kerasnya. Sesungguhnya, kisah Fir'aun dan Qarun bisa menjadi pelajaran bagi manusia bagimana kesombongan mereka tidak berarti apa-apa di hadapan Allah. Untuk itu, setiap manusia (Muslim) diajarkan untuk saling mengingatkan kepada sesamanya (manusia) agar terhindar dari godaan semacam itu dengan hikmah. Apalagi terhadap orang tua sendiri. Islam mengajarkan agar selalu berdo'a dan berbuat baik terhadap orang tua, meskipun ia zalim, Kita dituntut untuk berihtiar dan bertawakkal sebab urusan insyaf atau tidaknya hanyalah atas kehendak Allah SWT. Meski berat, bukan hal yang mustahil bagi Allah untuk membolak-balik hati manusia. Ibarat ungkapan bijak lama, "sekeras-keras batu karang akan terkikis juga oleh tetesan air." Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
62
|
21.09.19
07.01 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 15: Melawan Hawa Nafsu
|
Manusia diberikan kelebihan akal pikiran dan nafsu.
Keduanya adalah anugerah, namun sekaligus berpotensi menjadi keburukan. Untuk
itulah manusia mesti bisa mengendalikan keduanya dengan menyadari bahwa
kelebihan itu diberikan oleh Allah agar manusia bisa menjalankan tugasnya
sebagai hamba-Nya yang dimandatkan sebagai khalifah di muka bumi.
Upaya pengendalian ini tidak mudah karena ada banyak godaan. Dengan keikhlasan hati dan memanfaatkan akal pikirannya secara baik untuk tujuan yang baik, semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT, manusia bisa terhindar dari perbuatan keji dan buruk. Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
63
|
21.09.19
09.20 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 16: Menggapai Hamba Bersahaja
|
Diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada
Allah SWT. Sebagai hamba yang diberikan keunggulan dibandingkan makhluk
lainnya (akal pikiran dan nafsu), manusia ditugaskan menjadi khalifah di muka
bumi. Sayangnya, tidak sedikit manusia yang merasa sombong atas kelebihan
yang dimiliki, kalah oleh hawa nafsu buruknya.
Sebagaimana dipahami, manusia adalah tempatnya salah, dan sebaik-baik manusia yang melakukan kesalahan adalah memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat. Agar terhindar dari perbuatan buruk dan teguh dalam melawan hawa nafsu, maka kita semestinya selalu mendekatkan diri kepada Allah, bermunajat, minta perlindungan-Nya dari perbuatan keji dan munkar, dengan segala kerendahan diri dan kesungguhan hati serta keikhlasan. Pangkat, jabatan, kekayaan, kecerdasan, dan sebagainya tidak ada artinya dihadapan Allah karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bertqwa. Semoga Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu melindungi kita. Aamiin. Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
64
|
21.09.19
09.55 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 17 : Para Bagawat Berlomba
Menjunjung Langit
|
Setiap orang adalah pemimpin, setidaknya bagi
dirinya sendiri. Seseorang yang menjadi pemimpin tentunya bukan orang
sembarangan, melainkan orang yang hebat, terpilih dan dipilih, memiliki
kemampuan lebih dan keunggulan dibandingkan orang banyak. Seorang pemimpin
memiliki tugas dan fungsi, sesuai dengan tingkatan dan jenisnya. Tugas
seorang pemimpin tentunya tidak mudah dan karenanya ia mestinya sosok yang
menjadi teladan, tegas tapi bukan kasar, lembut tapi bukan lemah, mengayomi
bukan membiarkan, merangkul bukan memukul, berani dan bertanggung jawab,
berakhlak yang baik, memegang teguh prinsip-prinsip agama dan kemanusiaan,
serta mengajak orang-orang yang dipimpin menuju kebaikan.
Orang-orang yang ia pimpin tentunya memiliki beragam karakter, dan tidak sedikit yang abai terhadap aturan. Seorang pemimpin mesti mampu mengoptimalkan potensi-potensi positif orang-orang yang dipimpinnya. Memang tidak mudah karena selalu ada pro dan kontra. Tapi, tak ada kata tidak mungkin untuk menciptakan kehidupan yang baik dan bisa dilakukan membudayakan kebiasaan baik. Seperti pepatah, "ala bisa karena biasa" dan untuk menjadi biasa, kadangkala perlu dipaksa meskipun mereka merasa terpaksa (3 SA), Semoga kita sebagai bangsa dan warga dari sebuah negara senantiasa berdo'a untuk kebaikan bersama. Semoga pula kita selalu diberikan rahmat, hidayah, dan perlindungan dari Allah SWT. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
65
|
22.09.19
09.55 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 18: Menggapai Hati Yang Jernih
|
Manusia diberikan kelebihan berupa akal-pikiran dan
qalbu. Keduanya sangat rawan dari godaan syaitan yang selalu mencoba
menjerumuskan manusia, Oleh karenanya, kita harus selalu mengingat Allah
(zikir), beribadah, dan berdo'a memohon perlindungan dan ampunan dari Allah
SWT dengan sepenuh hati, keyakinan, dan kesungguhan bahwasanya Allah Maha
Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Segalanya.
Demikian lah yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
66
|
22.09.19
10.07 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 19: Tak Mampu Memikirkan Kapan
Datangnya Kiamat
|
Kiamat adalah sebuah kepastian dan datangnya tidak
untuk ditunggu. Kapan datangnya? Tidak seorang pun yang tahu karena itu
adalah rahasia Allah. Sehebat apa pun manusia, ia adalah makhluk yang
terbatas dan dibatasi. Secanggih apa pun ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diciptakan dan dikembangkan oleh manusia takkan sanggup menentukan kapan
waktu datangnya kiamat karena hanya Allah yang tahu. Manusia sebagai hamba
hanya berusaha untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya dengan keikhlasan dan kesungguhan hati. Semoga kita selalu dalam
lindungan-Nya. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
67
|
22.09.19
10.40 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 20: Metafisika Filsafat
|
Terima kasih Prof., percakapan di atas sungguh padat
dengan materi filsafat yang dijelaskan secara sederhana berikut
contoh-contohnya. Sebagaimana Prof. jelaskan di atas bahwa belajar filsafat
adalah belajar tentang bagaimana melakukan refleksi sekaligus mengolah otak
dan hati agar bisa menjadi lebih kritis dan dapat melihat berbagai objek
secara lebih jelas dan jernih sesuai dengan ruang dan waktunya.
Sebagaimana belajar bidang yang lain, untuk belajar filsafat dibutuhkan ihtiar yang sungguh-sungguh dan ikhlas, istiqamah, serta senantiasa berdo'a. Semoga Allah senantiasa memberi ampunan, lindungan, dan keberkahan bagi kita. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
68
|
23.09.19
10.04 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 21: Menggapai Ramai
|
Secara keilmuan, ada enam tingkatan suara manusia,
mulai dari tinggi sampai rendah, yakni tenor, bariton, bas (untuk laki-laki),
sorpan, mezo-sopran, dan alto (untuk perempuan). Akan tetapi, setinggi apa
pun tingkatan suara tersebut, hanya bermakna secara fisik dan terbatas.
Berbeda dengan tingkatan (atau apa pun sebutannya) dalam elegi di atas, yang
menunjukkan ada sembilan suara dan hanya suara 1 dan suara 2 yang bersifat
fisik. Sementara suara 3 sampai sembilan lebih bermakna nonfisik.
Dalam konteks berdo'a. memohon kepada Allah SWT, tidak ada perbedaan jenis kelamin di dalamnya, hanya ketaqwaan dan keikhlasan yang membedakan. Dapat disebut bahwa suara 9 adalah suara tertinggi karena suara ini keuar dari dalam qalbu dan semata-mata ditujukan kepada Allah. Tanpa diucapkan, Allah Maha Mengetahui hingga hati terdalam manusia. Memang kadangkala manusia merasa kurang afdhol jika berdo'a tanpa dilafadz-kan. Al Hasan pernah pernah mangatakan bahwa "Tidaklah tujuanmu berdoa itu untuk memperoleh apa yang menjadi hajatmu. Bila tujuanmu hanya demikian, maka kamu akan terhalang dari Allah. Oleh sebab itu, jadikanlah doamu itu sebagai munajat (berbisik-bisik) kepada-Nya." (Khazanah, 23/09/19). Kedekatan diri manusia dengan Allah juga memengaruhi bagaimana ia berhubungan/berkomunikasi/berdialog (berdo'a). Tanpa harus mengeluarkan suara melalui mulut, hatinya, setiap embusan nafasnya senantiasa berdzikir dan berdo'a sehingga terlindungi dari kemunkaran. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin. Demikian dari saya. Mohon maaf dan terima kasih. |
69
|
23.09.19
10.23 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 22: Perkelahian Keburukan dan
Kebaikan
|
Hidup manusia dipenuhi dengan jargon yang secara
umum dapat digolongkan menjadi jrgon kebaikan dan jargon keburukan.
Jargon-jargon ini mengisi akal budi dan hati manusia. Kedua jargon tersebut
terus saling berebut untuk memengaruhi satu sama lain sehingga tak jarang
manusia berada dalam kondisi dilema, mengalami pertentangan batin. Manusia
sebagai pemilik akal budi dan hati ini harus bisa mengontrol agar jargon
keburukan tidak muncul, setidanya diminimalkan. Untuk itulah, dzikir, do;a,
ibadah, dan upaya lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah mesti terus
dilakukan agar mendapatkan perlindungan-Nya. Jika pun jargon keburukan muncul,
sebaiknya segera memohon ampun kepada Allah SWT dan bertaubat.
Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya dan terhindar dari kesesatan. Aamiin. Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
70
|
23.09.19
10.42 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 23: Menggapai Cinta Ilahi
|
Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kasih
dan sayang Alah tak berbatas ke semua makhluknya. Perkara sang makhluk
menyintai-Nya atau tidak, tiada kerugian bagi Allah karena makhluklah yang
membutuhkan kasih dan sayang Allah. Begitupun manusia sebagai makhluklah,
akan sangat merugi apabila mengingkari kasih dan sayang Allah dan tidak
menyintai-Nya. Mendapatkan cinta Allah adalah harapan manusia, oleh karenanya
manusia hendaknya selalu mendekatkan diri kepada-Nya, selalu ingat (dzikir),
beribadah, beramal sholeh, dan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi
segala larangan-Nya. Dengan penuh keikhlasan dan berserah diri, manusia akan
merasakan getaran dalam jiwanya dan tubuhnya setiap mendengar asma Allah
disebutkan, atau ketika firman-Nya dibacakan. Semoga kita dapat menjadi orang
menyintai dan dicintai Allah SWT. Aamiin.
Demikianlah yang bisa saya samapaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
71
|
24.09.19
10.24 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 24: Menggapai Doa dan Ikhtiar
|
Manusia adalah makhluk yang istimewa, yang bebas
tapi terbatas dan diberikan kelebihan berupa akal budi dan qalbu. Dengan akal
budi, manusia bisa mengembangkan segala potensi yang ada di dirinya dan
makhluk lainnya dengan tujuan ibadah kepada Allah SWT. Dengan qalbu, manusia
bisa merasakan getaran kebesaran Allah SWT.
Kehidupan manusia ibarat buku yang hanya ada Bab Pendahuluan dan bab Penutup. Dengan akal budi dan qalbunya, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri lembaran kosong dalam bab-bab isi, baik ataupun buruk. Untuk mengisinya, manusia harus berihtiar dan berdo'a karena keduanya mesti beriring. Jika hanya mengandalkan do'a, manusia akan terjebak ke dalam fatalisme, sedangkan jika hanya mengandalkan ihtiar, ia akan terjebak dalam vitalisme. Meskipun Allah telah membuat ketetapan (takdir) bagi manusia, tapi manusia dituntut untuk berihtiar dan berdo'a secara gigih, sungguh-sungguh, dan ikhlas, serta tawakkal atas apa pun hasilnya. Percaya pada ketetapan Allah ini (qadha dan qhadar/lebih dikenal dengan takdir) merupakan bagian dari rukun iman. Dengan beriman pada rukun iman ke-6 ini, manusia dapat (1) terhindar dari sifat sombong/sifat tercela lainnya, (2) menjadi pribadi yang tenang dan selalu bersyukur, (3) menjadi orang yang optimis dan tak pantang menyerah. Semoga Allah melindungi kita dari sifat-sifat tercela. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
72
|
24.09.19
10.48 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 25: Menggapai Diri
|
Elegi di atas mengungkap bahwasanya dunia adalah
refleksi dari diri manusia, pikiran dan perasaannya. Memandang dan
memperlakukan dunia layakna kita melihat dan memperlakukan diri kita di
cermin. Dalam kehidupan, manusia menjalani dua bentuk hubungan, yakni habl
min Allah dan habl min an-nas. Dalam kedua hubungan ini, manusia harus baik,
kepada Allah dan kepada sesama manusia. Saat melakukan kesalahan, melanggar
perintah Allah, hendaknya segera memohon ampun, berdo'a kepada Allah. Tapi
ketika melakukan kesalahan kepada sesama manusia, hendaknya segera meminta
maaf dan berdo'a kepada Allah sebab pintu maaf dari Allah adalah keikhlasan
pemaafan dari orang tersebut. Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya.
Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
73
|
24.09.19
11.18 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 26: Perlombaan Menjunjung Langit
|
Kesombongan atau keangkuhan dapat
"membunuh" manusia. Ilmu, pangkat, gelar, status sosial, kekayaan,
kekuasaan, dan segala kelebihan yang dimiliki hanyalah titipan dari Allah,
yang kapan pun bisa diambil oleh Allah. Semua kelebihan tersebut mesti dijaga
dan digunakan dengan sebaik-baiknya agar bermanfaat bagi kemashlahatan. Ilmu
bisa dijaga dan dimanfaatkan dengan cara terus ditambah dan dikembangkan
serta tidak pelit berbagi dengan yang lain. Kekuasaan dijaga dengan cara digunakan
untuk menyejahterakan, melindungi. Harta kekayaan dijaga dengan cara
digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sewajarnya dan tidak pelit berbagi
kepada orang yang membutuhkan (zakat, infak, shadaqah) atau untuk kegiatan
umum (pembangunan tempat ibadah, kegiatan keagamaan, fasilitas sosial, dll.)
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat dan memberikan manfaat. Semoga
kita terhindar dari sikap sombong dan selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin,
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
74
|
25.09.19
10.42 PM
|
Elegi Ritual ikhlas 27: Silaturakhim Para Ikhlas
|
Berpikir kritis mengikuti keikhlasan. Dalam konteks
ini, berpikir kritis tentunya berpikir yang jernih, terbuka, dan positif,
bukan berpikir yang "aneh-aneh" dan arogan yang bisa membawa
kemudharatan. Berpikir kritis semacam itu dimulai dari keikhlasan dan
ketawadhu'an sehingga bisa mengindarkan diri dari sifat dan sikap sombong.
Keikhlasan perlu didekati dengan hati yang bersih (silaturrahim) dengan
intensitas yang terus ditingkatkan agar agar bisa menggapainya.
Dalam konteks manusia sebagai makhluk sosial, silarurrahim ini juga penting dilakukan secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih sehingga bisa mengatasi berbagai persoalan kehidupan sosial. Selanjutnya, selalu memohon ampunan dan perlindungan dari Allah agar kita mampu mengatasi godaan terhadap keikhlasan kita. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
75
|
25.09.19
10.57 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 28: Tasyakuran Ke Satu (Proyek
Syurga)
|
Kehidupan di duania adalah fana dan sementara dan
kehidupan yang abadi adalah di akhirat kelak, sebaaimana ditegaskan Allah
dalam firman-Nya. Tidak seorang pun yang mengetahui kapan datangnya kehidupan
setelah dunia seba itu adalah rahasia Allah. Untuk itulah, dalam menjalani
kehidupan dunia, manusia hendakya menyiapkan bekal yang dibutuhkan, yakni
amal ibadah. Beberapa hal yang mesti dilakukan antara lain: memelihara sholat
fardhu; menghadiri sholat berjamaah; selalu bertasbuh, selalu membaca
shalawat; selalu beristighfar; selalu berdzikir; melaksanakan shalat-shalat
sunnah; menjaga tali silaturrahim (utamanya dengan orang tua); menyesali dosa
(bertaubat); bergaul yang baik antara suami dan istri.
Semoga kita mendapatkan ampunan dan lindungan-Nya. Aamiin. |
76
|
25.09.19
11.09 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 29: Tasyakuran Ke Dua (Proyek
Syurga)
|
Dalam elegi sebelumnya telah disampaikan beberapa
hal untuk menggapai surga. Dalam elegi di atas, disampaikan beberapa hal
lainnya yang melengkapi bekal bagi para calon penghuni surga, yakni: tidak
membongkar aib orang yang beriman, selalu memulai sesuatu dengan salam,
selalu bertaya tentang hal-hal yang tidak diketahui, selalu menegakkan amal
ma'ruh nahi munkar, tidak menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak
bermanfaat, menegakkan sholat malam, menjadi teladan akhlak al-karimah bagi
siapa pun, menghadiri majelis zikir/pengajian, memelihara pandangan dari hal
yang diharamkan, memilikikecemburuan terhadap agama dan istri, menggunakan jilbab
secara sempurna (untuk Muslimah). Semoga dengan menerapkan beberapa hal di
atas dan beberapa lagi di elegi sebelumnya, kita bisa membekali diri untuk
kehidupan ukhrowi kelak. Semoga Allah memberi ampunan dan lindungan kepada
kita. Aamiin.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
77
|
26.09.19
12.43 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 30: Tasyakuran Ketiga (Proyek
Syurga)
|
Elegi di atas melengkapi penjelasan dua elegi
sebelumnya. Di sini ditambahkan lagi delapan hal yang bisa menjadi bekal seseorang
untuk menggapai keridho'an Alla, yakni (1) memperbanyak membaca Al-Qur'an,
(2) terus-menerus berdo'a, (3) aktif dalam hal kebaikan, (4) aktif dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan, (5) menghidupkan malam-malam yang penting, (6)
membayar khumus yang diwajibkan untuk membersihkan harta, (7) menjalankan
semua kewajiban dengan penuh hikmad: perhatian, kerajinan, dan kecermatan,
(8) tidak bergunjing.
Demokian beberapa hal yang penting ditegakkan untuk bisa menggapsi surga yang dijanjikan Allah SWT. Semoga kita bisa istiqamah dan senantiasa dalam ampunan dan lindungan-Nya. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
78
|
26.09.19
10.13 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 31: Menggapai Kedamaian
|
Berpuas diri atau cepat merasa puas bukanlah hal yang
dianjurkan. Kehidupan di dunia sangatlah dinamis sehingga menuntut manusia
untuk selalu bergerak, menjadi lebih baik lagi. Berpuas diri atau cepat
merasa puas atas apa yang dicapai atau dirasakan adalah jebakan yang membuat
manusia karena ia sudah merasa nyaman dengan kondisi tersebut.Di atas langit
masih ada langit, di balik tabir ada tabir lainnya. Artinya, tidak ada
kepastian sehingga manusia mesti terus bergerak, pikiran dan tindakannya,
untuk terus menguak rahasia ayat-ayat Allah SWT. Jika sudah merasa puas dan
cepat berpuas diri, ia termasuk orang yang sombong karena merasa tidak
melakukan ataupun membutuhan apa-apa lagi. Semoga Allah mengampuni dosa kita
dan melindungi kita dari perbuatan tidak terpuji. Aamiin.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
79
|
26.09.19
10.29 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 32: Mengaji Jalaliyyah dan
Jamaliyyah Wujud Allah
|
Mengenal Allah bisa dengan mengenal serta memahami
Dzat (Jalaliyah) dan Sifat (Jamaliyah)-Nya. Kedua wajah Allah ini adalah keseimbangan
dan keadilan sehingga mesti dipahami secara utuh, tidak bisa hanya salah
satu. Dzat Allah menunjukkan sisi kekuasaan Allah sebagai Sang Maha Kuasa,
sedangkan Sifat-Nya menunjukkan keindahan dan kasih-sayang Allah. Semoga kita
senantiasa daam ampunan dan lindungan-Nya.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
80
|
27.09.19
11.18 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 33: Doakulah yang tersisa
|
Manusia adalah makhluk istimewa yang diberikan akal
budi (pikiran) dan qalbu (hati). Keduanya saling terhubung dan saling
melengkapi, tidak bisa difungsikan hanya salah satu saja. Di antara keduanya
ada khawatir, sebagai kontrol, penyeimbang agar tidak melampaui batas. Untuk
bisa memaksimalkan akal-budi dan qalbu, diperlukan pikiran yang jernih dan hati
yang bersih. Tidak jarang manusia terjerumus dalam kesombombongan karena dua
hal ini. Untuk itu, hendaknya selalu membersihkan diri (akal-budi dan qalbu)
dengan selalu berdzikir, berdo'a memohon ampunan dan lindungan Allah,
beribadah sebagaimana yang diperintahkan, dan menjauhi segala yang dilarang.
Sebab, sebenar-benar Pemilik dan Penguasa atas manusia dan makhluk lainnya
adalah Allah SWT. Semoga Kita bisa memelihara akal-budi dan hati kita,
senantiaa mendapat pengampunan dan lindungan dari Allah SWT.
Demikian yang bisa saya samapaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
81
|
27.09.19
10.25 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 34: Menemukan Ruh
|
Lirik lagu "Rindu Kami Padamu Ya Rasul"
dari Bimbo: "Rindu kami padamu ya Rosul, Rindu tiada terperi, Berabad
jarak darimu ya Rosul Serasa dikau di sini" dan lirik lagu "Rindu
Muhammad" dari Hadad Alwi: "Siapa yang cinta pada Nabinya pasti
bahagia dalam hidupnya ... Jika kau benar-benar cinta dan rindu kepada
Muhammad nabimu, buktikan, taati perintah-Nya, tinggalkan larangan-Nya, teladani
akhlaknya...." bisa menggambarkan bagaimana kerinduan kepada Sang Nabi
Akhir zaman. Sebagai umatnya, sudah seharusnya kerinduan itu ada dan muncul
keinginan untuk bisa berjumpa, baik semasa kehidupan dunia maupun utamanya
setelah di hari akhir kelak. Semoga Allah mengijabah do'a dan harapan kita
untuk bisa berjumpa dengan Sang Kekasih-Nya. Semoga kita mendapatkan
syafaatnya kelak. Semoga kita senantiasa dalam ampunan dan perlindungan
Allah.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
82
|
27.09.19
10.56 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 35: Cendekia yang ber Nurani
|
Kesuksesan dan kegagalan adalah potensi yang ada
dalam kehidupana manusia. Ihtiar dan do'a terus-menerus dibutuhkan sebab
kesuksesan dan kegagalan terikat oleh ruang-waktu dan bersifat subjektif.
Ihtiar dan do'a hendaknya dilakukan keikhlasan dan berpikir kritis agar
manusia terhindar dari mitos-mitos dalam dirinya, merasa sudah berhasil dan
mandiri sehingga menjadi sombong.
Cendekia yang bernurani, sebagaimana judul elegi di atas, berwujud Muslim yang be-iptek dan ber-imtaq yang memiliki kebiasaan dan kesadaran diri yang positif untuk mengembangkan potensi-potensi dalam dirinya untuk mencapai kesuksesan dan memberi manfaat bagi kemajuan bangsa, negara, dan agama. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat dan memberi manfaat. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Semoga pula kita senantiasa dalam ampunan dan lindungan-Nya. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
83
|
28.09.19
07.12 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 36: Menggapai Tidak Risau
|
Risau dan khawatir melekat dalam diri manusia.
Ihtiar, berdo'a, dan tawakkal secara ikhlas dan penuh kesungguhan berharap
ridho dari Allah SWT sehingga tidak menjadi beban. Semoga kita senantiasa
terus mendekatkan diri kepada Allah, berharap ampunan dan lindungan-Nya.
Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
84
|
28.09.19
07.30 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 38 : Menggapai Pikiran Ikhlas
|
Terima kasih Prof atas uraiannya yang menjelaskan
bahwasanya kkhlas dalam filsafat adalah kesediaan untuk terus berpikir dan
bertanya, selalu mendialogkan tesis dan antitesisnya sehingga menguatkan
logos dan bahkan menghasilkan logos baru. Inilah inti dari filsafat, yakni
bagaimana ikhlas dalam pikir, kesediaan untuk menerjemahkan dan
diterjemahkan.
Semoga Allah meridhoi'ihtiar hamba-Nya dan senantiasa memberikan ampunan dan lindungan-Nya. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
85
|
28.09.19
08.00 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 39: Menggapai Sepi
|
Keakuan menjadi pembatas seorang hamba untuk
mendekati Allah. Berdo'a dan selalu berdo'a secara ikhlas, Saat berdo'a,
hadirkan dan mantapkan hati secara khusyuk, dimulai dengan memuji Allah dan
bershalawat kepada Nabi saw, menegadahkan tangan, dan melirihkan suara. Allah
Maha Mendengar, jadi, meski dengan suara yang sangat lirih sekalipun, Allah
mengetahuinya. Di atas disebutkan bahwa sepi adalah do'a dan sebenar-benar
sepi adalah do'a yang khusyuk dan ikhlas. Seseorang yang khusyuk dan ikhlas
dalam berdo'a, tidak akan terpengaruh dengan ramainya situasi di sekeliling.
Apalagi berdo'a dilakukan di waktu-waktu mustajab seperti pada sepertiga
malam. Keheningan malam akan semakin memberi ruang bagi kekhusyukan, seolah
sedang berdialog dengan Sang Pencipta. Semoga kita terus berusaha berdo'a
dengan khusyuk dan ikhlas. Semoga Allah memberi ampunan dan lindungan-Nya.
Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
86
|
29.09.19
10.29 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 40: Berguru Kepada Imam
Al-Ghazali untuk Meningkatkan Kualitas Spiritual (Islam)
|
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwasanya yang
menghalangi khusyuknya shoalat adalah hati yang belum sepenuhnya bersih dan
ikhlas. Masih ada celah-celah bagi masuknya godaan syaitan, seperti ambisi
atau keinginan yang berlebihan atas sesuatu, rasa dengki, marah, dan syahwat.
Untuk itulah, hendaknya selalu berdzikir, selalu mengingat Allah agar hati
tenang. Begitupun sebelum sholat, hendaklah berdzikir terlebih dahulu. Semoga
kita senantiasa dalam ampunan dan lindungan Allah SWT.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
87
|
29.09.19
10.45 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 41: Balas Dendam Syaitan
Terhadap Matematikawan
|
Sebagaimana dijelaskan dalam elegi sebelumnya bahwa
pintu masuk dan makanan syaitan antara lain adalah ambisi, termasuk dalam
penggnaan akal-budi yang berlebih. Manusia memang diberikan kelebihan
akal-budi, memiliki kebebasan untuk berpikir, tapi bukan berarti tanpa batas.
Untuk itulah manusia diberikan juga qalbu sebagai kontrol, yang bisa
menghadirkan rasa jangal atau keraguan atas kebebasan berpikirnya. Maka,
hendaknyalah kita selalu mengingat Allah dan berdo'a memohon ampunan dan
lindungan-Nya dari godaan syaitan. Semoga Allah memberikan ridho-Nya. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
88
|
29.09.19
11.01 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 42: Mengubah Mitos menjadi Logos
|
Di atas langit masih ada langit, peribahasa ini
sangat bijak, mengajarkan pada kita untuk tidak berlaku sombong sekaligus
menegaskan bahwa sombong adalah hal yang sia-sia karena itu adalah sifat
syaitan. Kesombongan berangkat dari "keakuan", merasa bahwa dirinya
adalah yang "ter" atau "paling" dibanding orang lain,
bahkan tidak tertutup kemungkinan malah menafikan Sang Pencipta. Kisah
Fir'aun adalah contoh yang mesti diingat.
Ketika seseorang mengagungkan "keakuannya", maka ia terjebak dalam mitos, sudah puas dengan apa yang dicapai, atau mungkin juga tidak pernah merasa puas dan menjadi rakus. Logos yang dimiliki tidak lagi menjadi kontrol karena dianggap hanya sebagai pelengkap. Inilah mengapa logos bersifat kontradiktif, di satu sisi ia diperlukan agar manusia terus berkembang secara dinamis, tapi di sisi lain dapat membuat diri manusia menjadi sombong. Ia lupa bahwa apa yang dimiliki oleh manusia adalah fana, hanya titipan. Yang kekal atau absolut hanyalah milik Allah SWT. Di sinilah diperlukan qalbu sebab hati yang bersih dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dapat menjadi kontrol. Tak lupa untuk selalu berdzikir dan berdo'a kepada Allah, memohon ampunan dan lindungan-Nya. Semoga Allah senantiasa membeikan rahmad dan hidayah-Nya kepada kita. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
89
|
30.09.19
09.52 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 43: Kyai Mursidin 1
|
Sebagaimana diungkap dalam elegi di atas bahwa fakir
yang paling buruk adalah fakirnya sesorang dalam hal ilmu, baik ilmu dunia
maupun ilmu akhirat. Kefakiran ini membuat seseorang itu menjadi miskin,
secara fisik dan spiritual. Kondisi inilah yang memudahkan syaitan untuk
masuk memengaruhi orang tersebut untuk melakukan hal-hal yang dilarang Allah
SWT. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits bahwa "kefakiran itu dekat
dengan kekufuran". Meski sebagian ulama mengatakan bahwa hadits ini
lemah, setidaknya bisa menjadi gambaran bahwasanya ada bahaya dari kefakiran,
bukan hanya fakir harta, melainkan juga fakir ilmu dan fakir hati. Inilah pentingnya
selalu mendekatkan diri kepada Allah agar kita senantiasa dalam lindungan-Nya
dari godaan syaitan yang mencelakakan. Semoga Allah senantiasa memberikan
ampunan dan lindungan-Nya pada kita semua. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
90
|
30.09.19
10.02 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 44: Kyai Mursidin 2
|
Kisah di atas menegaskan bahwa satu-satunya tempat
meminta pertolongan adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Semoga Allah memberikan ampunan-Nya dan melindungi kita dari segala
godaan syaitan yang tercela.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
91
|
30.09.19
10.11 PM
|
Elegi Ritual Ikhlas 45: Bagaimana Matematikawan
Mengusir Setan?
|
Kisah di atas menunjukkan bahwasanya menyibukkan
diri dengan selalu pikiran positif dapat menghindarkan diri dari bujuk rayu
dan godaan syaitan. Ditambah lagi dengan selalu mengingat Allah, baik pikiran
maupun hati, godaan sekuat apa pun bisa "dilawan". Semoga Allah
membeberikan rahmat, hidayah, dan ampunan-Nya serta melindungi kita dari
godaan syaitan yang tercela.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
92
|
01.10.19
09.13 PM
|
Elegi Guru Menggapai Perubahan
|
"Tempora mutantur et nos mutamur in
illis", waktu berubah dan kita ikut berubah di dalamnya. Ujaran dari
bahasa Latin ini menegaskan bahwa manusia mesti terus bergerak, berubah,
menjadi lebih baik, sebab jika tidak, ia akan tergerus oleh perubahan itu
(kemajuan). Begitupun dalam dunia pendidikan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat, menuntut adanya kesiaan untuk berubah dan
berkembang mengikutinya, termasuk guru. Di era global saat ini, dituntut
adanya kemampuan beradaptasi terhadap kemajuan iptek dan kemampuan
mengembangkan diri untuk berinovasi, serta memanfaatkannya bagi khalayak.
Untuk pengembangan diri, ada banyak usaha yang bisa dilakukan oleh guru,
sebagaimana telah diuraikan dalam elegi di atas. Semoga Kita diberikan
rahmat, hidayah, dan lindungan-Nya.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Moon maaf dan terima kasih. |
93
|
01.10.19
09.39 PM
|
Forum Tanya Jawab 64 : Burung di Pagi Hari,
Jengkerik di Sore Hari
|
Kehidupan manusia erat dengan kontradiksi.
sebagaimana tulisan di atas, dan kisa sebelumnya dalam "Forum Tanya
Jawab 63", menunjukkan adanya perbedaan mencolok antara pembelajaran di
dunia barat (London) dan pembelajaran di dunia timur (Indonesia). Meskipun
sudah banyak dilakukan pengembangan dalam dunia pendidikan nasional untuk
mengejar ketertinggalan, namun nampaknya masih membutuhkan waktu lebih lama
serta upaya tambahan yang lebih efektif dan efisien. Meski begitu, optimisme
mesti terus dipeliharan dan ditingkatkan sebab beberapa hasil pendidikan yang
dikembangkan sudah menunjukkan hasilnya yang mampu bersaing dengan dunia
barat. Untuk itu, dibutujkan kesadaran bersama dan kerja sama semua pihak
secara sinergis.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
94
|
01.10.19
09.23 PM
|
Forum Tanya Jawab 63: Bagaimana Siswa Bisa
Menentukan Kurikulum?
|
Tulisan di atas menguak perbedaan paradigma
pembelajaran matematika di Indonesia dan London. Di Indonesia, pembelajaran
berpusat pada guru, sedangkan di Londonm pembelajaran berpusat pada siswa. Di
London, hal semacam ini diterapkan karena kebutuhan siswa yang berbeda-beda.
Untuk menunjang itu, digunakan LKS dan portofolio.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
95
|
02.10.19
10.18 PM
|
Elegi Pemberontakan Para Berhenti
|
Judul elegi di atas tentunya mengundang tanda tanya.
Apalagi tanpa penceritaan kisah sebagaimana elegi-elegi lainnya.
"Berhenti" di sini tidak dimaknai sebagai titik akhir, melainkan
upaya untuk mengajak pembaca melakukan refleksi dan terlibat aktif menuangkan
pikirannya. Jika "berhenti" dimaknai dengan sebenar-benarnya
berhenti, maka ia menjadi mitos dan kontradiktif dengan elegi-elegi
sebelumnya yang banyak mengungkap ihtiar, proses, dan dinamis. Hal ini bisa
dilihat dari penggunaan kata-kata seperti menggapai, menemukan, meningkatkan,
dan sebagainya.
Sebagai para pengada yang mengada, pembaca diharapkan dapat melakukan apa yang dinyatakan oleh Rene Descartes, "Cogito Ergo Sum". Dengan begitu, pembaca termotivasi untuk meningkatkan kualitas dirinya (pikiran dan hatinya) dengan ikhlas sehingga bisa mengembangkan logosnya dan memanfaatkannya secara bijak. Sebagaimana pernah Prof tulis dalam sebuah elegi, "Jika ingin tahu dunia, tengoklah pikiranmu". Dalam elegi kosong ini, sepertinya Prof mencoba memancing pembaca untuk merefleksikan hasil kerja mengetahui apa yang ada dan yang mungkin ada dalam konteks ruang dan waktunya. Semoga kita senantiasa dalam ampunan dan lindungan-Nya sebelum "berhenti" benar-benar menjadi "berhenti" sesuai kehendak-Nya karena Dialah sebenar-benar yang punya kuasa atas "berhenti" tersebut. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
96
|
02.10.19
10.41 PM
|
Elegi Seorang Hamba Menggapai Ruang dan Waktu
|
Kesadaran akan ruang dan waktu adalah hal penting
sebab dengan itu manusia bisa menempatkan diri dengan baik, tidak terjebak ke
dalam mitos dan kesombongan. "Di atas langit ada langit" dan
"Hidup ibarat roda yang berputar", demikianlah ujaran bijak yang
mengingatkan bahwa tidak sepatutnya kita bersikap sombong. Sudah banyak
contoh kisah bagaimana kesombongan membawa pada kehancuran.
Hal lain yang penting dicermati terkait dengan kesadaran akan ruang dan waktu adalah hal kelalaian. Lalai dalam memahami dan memanfaatkan ruang dan waktu akan membawa pada kerugian. Dalam bahasa agama (Islam) disebutkan bahwasanya manusia adalah tempatnya salah, lupa, dan lalai. Ini menunjukkan keterbatsan yang dimiliki oleh manusia, di samping kelebihan yang dimilikinya. Sebaik-baik sikap adalah memohon ampunan kepada Allah atas kesalahan dan kelalaian, berdo'a dengan ikhlas agar terhindar dari perbuatan sombong dan lalai serta berserah diri sepenuh hati. Semoga Allah senantiasa melindungi kita hal-hal yang dilarang-Nya. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
97
|
02.10.19
11.00 pm
|
Elegi Menyimak Refleksi Spiritual (Islam) Sdri Siti
Nurchoiriyah
|
"Aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engkau
dekat" lirik dalam lagu Bimbo berjudul "Tuhan" tersebut bisa
menambahkan uraian dalam tulisan di atas tentang kedekatan manusia dan Allah.
Allah selalu dekat dengan hamba-Nya, tinggal bagaimana hamba-Nya mendekatkan
diri kepada-Nya. Selalu mengingat-Nya (dzikir), berdo'a, menjadi hamba yang
taat (dalam konteks habl min Allah dan habl minannas) akan mendekatkan diri
kita kepada Allah. Untuk bisa sampai pada tingkatan kedekatan yang sangat
dekat tentunya membutuhkan ihtiar ibadah yang baik pula. Semoga kita bisa
menjadi hamba-Nya yang berbakti dan senantiasa memohon ampunan dan
lindungan-Nya. Aamiin.
Demikian yang bsa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
98
|
03.10.19
10.40 pm
|
Forum Tanya Jawab 65: Si Tertuduh Infinit Regress
|
Dalam kamus, infinite regress diartikan sebagai
rangkaian proposisi berupa alasan atau justifikasi yang selalu hadir dan tak
pernah selesai. Sebuah alasan dijustifikasi dengan alasan lain. Infinite
regress sebagai argumentasi kritis kaum skeptis telah dipersoalkan sejak masa
filsafat klasik.
(https://www.informationphilosopher.com/knowledge/infinite_regress.html)
Manusia, yang memiliki akal-budi, dalam kehidupannya sehari-hari, kerap mengalami hal semacam ini, muncul pertanyaan baru dari jawaban/alasan/justifikasi atas pertanyaan sebelumnya. Bisa kita lihat bagaimana seorang anak kecil yang tidak puas dengan jawaban atas pertanyaannya, kemudian bertanya lagi, terus tanpa henti. Manusia bisa disebut sebagai infinite regress karena ia tidak selalu dalam proses menjadi/menuju/dll yang tak pernah selesai sampai titik akhir. Semoga kita diberikan rahmat dan keberkahan untuk terus berproses menjadi ebih baik. Semoga Allah memberikan ampunan d an lindungan-Nya. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
99
|
03.10.19
11.16 PM
|
Hilbert's Program 2_Documented by Marsigit
|
Tulisan di atas menjelaskan tahap kedua Formalisme
Hilbert, yakni bahwa sistem formal tidak lebih berupa seperangkat simbol dan
aturan yang menjadi bagian dari matematika konseptual.
Demikian dari saya. Mohon maaf dan terima kasih. |
100
|
03.10.19
11.03 PM
|
Hilbert's Program 1_Documented by Marsigit
|
Tulisan di atas menjelaskan tentang salah satu dari
dua langkah program dalam Formalisme Hilbert, yaitu membagi matematika ke dalam
dua kelas, yakni konseptual matematika dan ideal matematika. Ide dasarnya
adalah keyakinan bahwa setiap cabang matematika dapat diformalisasi
(diekspresikan dalam bahasa formal dan diterima menjadi sistem formal).
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
101
|
04.10.19
11.26 PM
|
LOGICAL FALACY_ Documented by Marsigit
|
Logical fallacy sebagai bagian dari logika dan
filsafat ilmu penting dipelajari agar kita terhindar dari kesalahan dalam
berpikir. Sejak pertama kali disitematisasi oleh Aristoteles, Logical fallacy
telah dikembangkan secara lebih rinci oleh para ahli, misalnya Richard
Whately dan Francis Bacon & J.S. Bacon. Ada beragam jenis logical fallacy
di mana masing-masing disebabkan kesalahan yang berbeda-beda, namun menimbulkan
akibat yang sama, yakni memunculkan kesalahan dalam memberikan respon
terhadap argumen yang diajukan. Logical fallacy ini seringkali tidak disadari
dan diabaikan. Padahal, bisa menimbulkan akibat yang tidak sederhana.
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Fallacy;
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesesatan)
Terima kasih Prof. sudah mengenalkan tentang logical fallacy ini. Demikian yang bisa saya sampaikan. Semoga Allah memberikan rahmat, hidayah, dan lindungan-Nya. Aamiin. Mohon maaf dan terima kasih. |
102
|
04.10.19
11.31 PM
|
INTUITIONISM_Documented by Marsigit
|
Intuitisme merupakan salah satu aliran filsafat yang
dicetuskan oleh Luitzen Egbartus jan Brower (matematikawan asal Belanda). Ide
dasarnya bahwa matematika adalah kreasi pikiran. Dalam perkembangannya,
intuitisme dikembangkan di Barat oleh Henri Bergson. Aliran ini selalu
berhadapan dengan dengan aliran rasionalisme. ALiran ini berpandangan bahwa
manusia memiliki satu kemampuan tingkat tinggi, yakni intuisi, yang
didasarkan pada hati nurani. Intuisisme disebut juga sebagai sistem etika
yang membuat manusia bisa melihat sesuatu sebagai benar atau salah, baik atau
buruk, secara spontan dan intelek. Aliran ini dianggap sejalan dengan
pandangan filsafat umumnya Immanuel Kant yang menyebut bahwa akal tidak akan
pernah mampu mencapai pengetahuan langsung tentang sesuatu.
(https://plato.stanford.edu/entries/intuitionism/ dan
https://id.wikipedia.org/wiki/Intuisionisme)
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
103
|
04.10.19
10.53 PM
|
Hilbert's Program 3_Documented by Marsigit
|
Tulisan di atas merupakan sambungan dari dua tulisan
sebelumnya tentang Program Hilbert. Dalam tulisan di atas, dijelaskan tentang
tiga langkah program untuk membuktikan bahwa sistem formal matematika
memadai: bersesuaian, lengkap, dan konsisten.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
104
|
05.10.19
09.54 PM
|
Kutarunggu Sang Rakata Menggelar Sidang Rakyat
(pertama)
|
Gunung sebagai simbol bisa dimaknai secara beragam,
seperti dalam cerita di atas. Secara sederhana, gunung bisa dimaknai sebagai
tujuan yang hendak dicapai dengan melalui berbagai tantangan. Tujuan ini
cenderung dimaknai secara duniawi dan nantinya menjadi jalan bagi tujuan
ukhrowi. Setinggi apa pun gunung (tujuan), akan ada gunung (tujuan) lain yang
lebih tinggi. Adapun gunung yang tertinggi bukanlah yang paling tinggi, sebab
di atasnya masih ada langit yang di atasnya lagi masih ada langit lainya, dan
yang sebenar-benarnya paling tinggi adalah Tuhan YME sebagai tujuan manusia sebagai
hamba.
Untuk bisa mencapai puncak gunung, dibutuhkan ihtiar secara sungguh-sungguh dan ikhlas berdasarkan niat, pertimbangan, dan persiapan yang benar serta do'a. Jadi, tidak bisa dilakukan sekadarnya, sebab kemungkinan untuk mencapai puncak gunung sangat kecil, kecuali nekat. Dalam proses mencapai puncak pun mesti dilakukan secara baik, tidak dengan menghalalkan segala cara. Dalam konteks pendakian, ada etiket yang mesti dipatuhi, tidak hanya terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan YME. Ada tiga hal yang ditekankan (1) Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu; (2) Jangan mengambil sesuatu kecuali foto; (3) jangan tinggal sesuatu kecuali jejak kaki. Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa "Setinggi-tingginya gunung, masih tinggi mata kakiku". Ungkapan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia memiliki kemampuan untuk mencapai kualitas diri yang tinggi (derajat, pangkat, ilmu, status sosial, spiritual, dll.). Yang mesti disadari bahwa keberhasilan tersebut bukanlah semata karena kemampuannya, tapi ada kuasa Tuhan YME. Maka, dalam proses mencapai puncak gunung tersebut (ilmu, jabatan, kekayaan, dll.) merupakan upaya mendekatkan diri pada-Nya sehingga mestinya selalu memohon ridho dan perlindungan dari-Nya. Momen saat mencapai puncaknya, dimaknai sebagai upaya berserah diri (ini biasanya disimbolkan dengan sujud syukur oleh para pendaki). Selanjutnya, saat kembali turun ke kaki gunung dan kembali ke tempat tinggal masing-masing, menunjukkan bahwasanya capaian setinggi apa pun hanyalah bersifat sementara, dan diharapkan capaian tersebut dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
105
|
05.10.19
09.13 PM
|
Menggapai Guru yang Sustainabel _ Photo by Marsigit
|
Guru yang sustainabel dapat dimaknai sebagai goru
yang mampu mengembangan diri secara berkelanjutan dan memanfaatkan kemampuan
dirinya untuk mengembangkan sumber daya peserta didiknya secara optimal, baik
aspek akademik, kepribadian, sosial, dan spiritual, sehingga menjadi manusia
yang memiliki kualitas diri yang baik. Semoga Allah memberikan rahmat,
ampunan, dan perlindungan-Nya pada kita semua. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
106
|
05.10.19
09.05. PM
|
Menggapai Guru yang Akuntabel (dapat dipercaya) _
Photo oleh CRICED
|
Kepercayaan bukanlah sesuatu yang mudah didapat,
tapi bukan hal yang sangat sulit tuk diraih. Kepercayaan sangat bergantung
pada diri pribadi masing-masing. Bagi seorang guru, kepercayaan adalah hal
penting dalam menjalankan amanatnya sebagai pendidik, bukan semata pengajar.
Jika dikaitkan dengan profesi, setidaknya guru mesti memiliki empat
kompetensi yang dipersyaratkan: profesional, pedagogik, kepribadian, dan
sosial. Di luar itu, guru juga perlu menngembangkan keterampilan-keterampilan
lain sehingga dapat menjaga sekaligus meningkatkan kepercayaan terhadap
dirinya. Jika tidak, guru pun akan terjebak oleh mitos dalam dirinya. Semoga
kita senantiasa dalam rahmat, ampunan, dan lindungan-Nya. Aamiin.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
107
|
06.10.19
11.40 PM
|
Kutarunggu Sang Rakata Menyatukan Lima Gunung
(Pertama)
|
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.
Seseorang mungkin memiliki kelebihan tertentu, tapi juga memiliki kekurangan
pada hal lain. Maka, kelebihan yang dimiliki bukanlah untuk menjadikannya
sombong dan merendahkan orang lain yang memiliki kekurangan. Bisa jadi orang
lain itu memiliki kelebihan dalam hal lain dan kita yang kekurangan.
Sesungguhnya Allah Maha Adil, Pengasih dan Penyayang. Semoga kita senantiasa
dalam ampunan dan lindungan-Nya. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
108
|
06.10.19
11.30 PM
|
Kutarunggu Kekacauan Melanda Kerajaan Hanuya
|
Dalam masyarakat, stigma sudah menjadi fenomena
sosial yang mentradisi. Masyarakat, awam ataupun terdidik, seringnya terlalu
mudah menilai/menghakimi seseorang meski belum tahu kebenaran persoalannya.
Misalnya, masyarakat seringkali langsung mencap bahwa kelompok anak punk atau
klub motor adalah kelompok berandalan karena penampilannya yang nyentrik dan
terkadang suka terlibat masalah. Padahal tidak sedikit pula kelompok punk dan
klub motor yang melakukan kegiatan-kegiatan positif dan memiliki misi sosial.
"Don’t judge a book by its cover, because you will never get the chance
to find out what lies within it," demikian kalimat yang sering
diungkap. Meski begitu, seringkali stigma tersebut diberikan karena adanya
pengalaman negatif terkait dengan orang atau kelompok yang diberi stigma.
Untuk itulah, penting bagi kita untuk selalu menggunakan pikiran kritis dan hati yang bersih agar tidak mudah menilai sesuatu sebelum mengetahui terdahulu kebenarannya. Apalagi di zaman seperti sekarang, di mana hoax bertebaran di mana-mana. Bagi yang tidak menggunakan akal pikiran yang kritis dan hati yang bersih, tentunya akan mudah ikut-ikutan, dengan beragam alasannya. Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya agar terhindar dari sifat dan sikap semacam itu. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
109
|
06.10.19
11.01 PM
|
Kutarunggu Sang Rakata Menyatukan Lima Gunung
(Kedua)
|
Masih terkait dengan kisah sebelumnya, yakni
mengenai sifat dan sikap sombong yang bisa menutup mata dan hati akan adanya
kehebatan lain di luar diri seseorang. Padahal, apa yang ia miliki sifatnya
hanya sementara, semata-mata titipan dari Sang Pencipta. Tuhan YME sebagai
pemilik bisa kapan pun mengambil apa pun yang ia miliki dan yang ia
sombongkan dalam sekejap. Siapa pun hendaknya menggapai kualitas dirinya secara
maksimal, tapi tidak hanya untuk kepentingan duniawi dan pribadi saja,
melainkan juga ditujukan untuk kemashlahatan bersama dan kepentingan ukhrowi.
Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat, dan lindungan-Nya pada kita semua.
Aamiin.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
110
|
07.10.19
10.10 PM
|
Kutarunggu Konflik Diperbatasan
|
Lawan stigma adalah stigma atau stigma dilawan
dengan stigma. Di satu sisi, strategi ini mungkin bisa dipakai dengan tujuan
untuk menegaskan bahwa stigma itu sesungguhnya tidak berlaku buat orang yang
distigmakan tersebut. Namun di sisi lain, ketika stigma dilawan dengan
stigma, kemungkinan untuk terjadi hal yang makin buruk tentunya tidak bisa
dihindari. Bisa saja ia malah menjadi spiral stigma, satu stigma memunculkan
stigma lainnya, dan pada akhirnya bisa menjadi lingkaran setan, tak pernah
ada habisnya.
Keburukan hendaknya dibalas dengan kebaikan. Sebagaimana dalam elegi lainnya, disebutkan bahwa untuk mengatasi stigma hendaknya menggunakan pikiran kritis dan hati yang bersih. Semoga kita senantiasa dalam lindugan-Nya dan terhindar dari perbuatan tidak terpuji. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
111
|
07.10.19
09.58 PM
|
Kutarunggu Sayembara Ahilu
|
Elegi di atas mengungkap bahwa sikap sombong
memunculkan rasa tidak pernah merasa puas dan selalu ingin menguasai apa pun,
dengan cara apa pun. Sebagaimana pepatah, "meminum air laut" yang
takkan pernah menghilangkan dahaga. Begitulah, ia hanya mengedepankan hawa
nafsunya dengan berbagai cara. Semoga Allah memberikan ampunan dan
lindungan-Nya sehingga kita terhindar dari sikap sombong. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
112
|
07.10.19
09.46 PM
|
Kutarunggu Stigmapangla Si Buruk Rupa
|
Elegi di atas menunjukkan bahwa stigma itu akan
melekat dan terus disematkan kepada siapa pun yang distigmakan. Sulit untuk
keluar dari stigma tersebut. Stigma bisa jadi dilekatkan pada seseorang atau
sekelompok orang karena faktor dari yang bersangkutan sendiri, ia menunjukkan
hal-hal negatif, misalnya sombong, arogan, atau tindakan merugikan lainnya.
Stigma bisa juga berasal dari faktor orang lain yang memberikan stigma kepada
seseorang atau sekelompok orang karena fator ketidaksukaan, ketidaksenangan,
iri, atau adanya kepentingan tertentu, untuk menjathan pesaingnya dalam
bisnis, dalam politik, ata dalam kehidupan sosial lainnya. Semoga kita
senantiasa dilindungi Allah dari perbuatan tercela dan terhndar dari stigma.
Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
113
|
08.10.19
10.34 PM
|
Elegi Menggapai Obyek Penelitian
|
Elegi di atas menegaskan bahwasanya objek dalam
penelitian kelas atau tindakan kelas itu sangat banyak dan beragam, bisa yang
ada pada diri guru, siswa, kondisi pembelajaran, dan sebagainya. Namun,
sebagaimana percakapan dalam elegi di atas, tidak sedikit guru yang masih
bingung ketka hendak melakukan peneitian kelas/tindakan kelas. Untuk itulah,
penting bagi guru untuk bertanya pada sumber yang benar dan terus berusaha
secara aktif mengembangkan diri dengan penuh keikhlasan. Semoga kita
senantiasa daam lindungan-Nya. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
114
|
08.10.19
10.24 PM
|
Kutarunggu Persidangan Agung Sang Bagawat
|
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaram
bahwasanya setiap manusia merupakan potensi prima. Potensi itu bisa
dikembangkan secara prima ketika wadahnya, akal pikiran dan hati,
diberdayakan dengan baik sehingga isinya, pikiran kritis dan keikhlasan, pun
menjadi optimal. Pentingnya mengoptimalkan pikiran ini sejak dulu sudah
ditegaskan oleh Rene Descartes melalui ucapannya "Cogito ergo sum".
Begitu pun dengan hati, hendaknya selalu dijaga untuk tetap bersih dan ikhlas
dalam segala hal. Dengan begitu bisa terhindar dari stigma yang bisa merendahkan
derajat manusia. Semoga kita senantiasa dalam ampunan lindungan-Nya. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
115
|
08.10.19
10.06 PM
|
Kutarunggu Sang Rakata Transendenta
|
Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas
kemampuan hamba-Nya. Itu yang telah Dia janjikan dan itulah adanya. Namun,
kadangkala tidak bisa membedakan, apakah yang menimpa dirinya adalah cobaan,
ujian, ataukah teguran/hukuman. Untuk bisa memaknainya secara benar,
dibutuhkan hati yang bersih dan ikhlas.
Dalam menjalankan amanahnya sebagai khalifah, manusia tidak bisa (hanya) mengandalkan akal pikiran dan ihtiar saja. Meski memiliki derajat mulia, manusia adalah makhluk yang terbatas dan dibatasi. Batasnya adalah dirinya sendiri (pikiran, kemampuan laiin), Maka, menjaga hati tetap bersih dan ikhlas serta selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Apa pun yang dilimpahkan kepada manusia, selalu ada maksud dan hikmah. Untuk itu, hendaknya manusia selalu memohon petunjuk dan pertolongan dari Allah agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat. Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
116
|
09.10.19
11.41 PM
|
Elegi Mengenal Jargon
|
Hidup manusia dipenuhi dengan jargon, sebagaimana simbol.
Jargon-jargon ini tidak mudah dipahami secara awam karena makna sesungguhnya
ada di sebalik jargon itu. Seringkali jargon disalahartikan sehingga terjadi
kekacauan: tidak dipahaminya makna sesungguhnya dan salah menangkap pesan
yang ingin disampaikan melalui jargon tersebut. Untuk it diperlukan pikiran
yang kritis dan hati yang ikhlas untuk menerjemahkan dan diterjemahkan.
Semoga Allah memberikan ampunan dan lindungan-Nya sehingga kita terhindar
dari hal-hal yang buruk. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
117
|
09.10.19
11.29 PM
|
Elegi Wayang Golek
|
Dalam kehidupannya yang dinamis, manusia selau
mencari-cari, baik yang ada maupun yang mungkin ada. Dengan akal pikiran dan
hatinya, manusia berihtiar secara ikhlas untuk mendapatkan sekaligus
melakukan kebaikan-kebaikan agar hidupnya dapat bermanfaat. Semoga kita
senantiasa dalam ampunan dan lindungan-Nya. Aamiin.
|
118
|
09.10.19
11.19 PM
|
Elegi Menggapai Purnakata
|
Terima kasih Prof. atas uraiannya tentang banyak
hal, seperti: (1) filsafat adalah tentang yang ada dan yang mungkin ada; (2)
filsafat itu terkait dengan ruang dan waktu; (3) filsafat adalah tentang
bagaimana mengubah mitos menjdi logos; (4) jebakan filsafat yang sering tidak
disadari; (5) pantangan bagi yang belajar filsafat setengah-setengah; (6)
menerapkan filsafat dalam keseharian dengan kesediaan menerjemahkan dan
diterjemahkan; (6) ketidakmampuan filsafat menjangkau hati sebagaimana agama
karena filsafat hanya pada tataran olah pikiran. Oleh karenanya, penting
untuk tidak semata mengandalkan akal-pikiran, tetapi juga membersihkan hati
sehingga muncul keikhlasan dalam menjalani kehidupan. Semoga Allah memberikan
karunia dan lindungan-Nya. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
119
|
10.10.19
11.52 PM
|
Elegi Cupumanik Astanala
|
Manusia adalah mahluk terpilih dan bisa memilih,
baik yang ada maupun yang mungkin ada. Tidak jarang dalam kehidupannya,
manusia dihadapkan pada pilihan yang sulit sehingga mengalami dilema. Ibarat
simalakama, dimakan mati ayah tapi kalau tidak mati ibu. Tidak jarang pula
manusia dihadapkan pada pilihan yang seolah baik, padahal sebaliknya.
Begitupun kadang ia dihadapkan dengan pilihan yang buruk, padahal sebaliknya
juga. Untuk dapat memilih dengan baik dan benar, manusia hendaknya
menggunakan pikiran kritis dan hati ikhlasnya. Semoga Allah mengampuni dan
meindungi kita dari hal-hal yang tidak baik. Demikian yang dapat saya
sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
|
120
|
11.10.19
10.55 PM
|
Elegi Kail Bermata Durja
|
Elegi di atas membahas tentang moralitas. Persoalan
moralitas ini adalah fenomena sosial. Dalam kehidupan modern, moralitas
cenderung sudah tidak lagi menjadi bagian penting dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagaimana yang nampak, banya pelanggaran moral di berbagai
tempat, profesi, dan jabatan, dan sebagainya.
secara sederhana, moralitas dapat dimaknai sebagai hal yang terkait dengan hal "yang harus dan sebaiknya" atau bagaimana sebaiknya hidup. Dalam karyanya "Enquiry Concerning the Principles of Morals" (1751), David Hume sudah mendiskusikan apa yang disebut dengan "rentang adalah/sebaliknya" dan mengungkap realita banyak orang yang membuat kekeliruan dalam etika karena berangkat dari fakta (sesuatu yang adalah) lalu bicara tentang nilai (yang seharusnya) tapi tidak melakukan perubahan dari "adalah" ke "seharusnya". Dalam filsafat moral, ada tiga tingkat persyaratan utama, yakni etika terapan, etika normatf, dan metaetika. Etika terapan adalah yang paling praktis dan metaetika adalah yang paling abstrak tentang sifat umum moralitas. Teori etika ada deontologis, konsekuensialis, atau berdasar kebajikan. Etika Kantian adalah etika deontologis, beranggapan bahwa manusia semestinya hanya mengikuti aturan moral universal yang konsisten. Untilitarianisme adalah etika konsekuensialis yang normatif, beranggapan bahwa tindakan adalah benar apabila meningkatkan kegunaan dan salah jika menguranginya. Sedangkan etika Aristotelian adalah etika kebajikan, beranggaan bahwa orang yang baik mengembangkan kebajikan yang berada di antara dua ekstrem. (Sumber: Baggini. 2004. Lima Tema Utama Filsafat. Jakarta: Taraju, bagian II: Filsafat Moral) Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Semoga kita senantiasa dalam ampunan dan indungan-Nya. Mohon maaf dan terima kasih. |
121
|
11.10.19
11.30 PM
|
Elegi Memantapkan Persiapan Selamatan Raja Purna
|
Fitrah manusia adalah sebagai pemimpin, yakni
pemimpin yang baik. Seorang pemimpin memiliki kekuasaan atas yang
dipimpinnya. Sayangnya, ketika memiliki kekuasaan, seseorang terkadang merasa
tidak puas sehingga ingin lebih berkuasa lagi, bahkan dengan berbagai cara,
tak mau tahu dengan urusan kemanusiaan dan keadilan. Sebagaimana powernow
dalam elegi di atas, yang menjelma diktator dan terus berusaha menalkukkan
kerajaan-kerajaan lain dan berambisi berkuasa secara mutlak. Persoalan
kekuasaan ini menjadi bagian perbincangan oleh filsuf dalam filsafat politik,
seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Agustinus, Thomas Aquinas, Martin
Luther, Ibnu Khaldun, Nocollo Machiavelli, Thomas Hobbes, John Locke,
Montesque, Friedrich Hegel, Karl Marx dan Federich Engels, dan banyak
lainnya.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
122
|
12.10.19
10.39 PM
|
Jargon Pertengkaran Guru dan Siswa
|
Hidup manusia diselimuti dengan jargon. Jargon-jargon
ini terkait dengan berbagai aspek kehidupan: profesi, status, keadaan, sikap,
kelompok, kedirian, dan sebagainya. Seperti cerita di atas, dallam dunia
pendidikan, guru memiliki jargonnya sendiri, begitu pun siswa. Jargon-jargon
ini bisa positif (baik), bisa juga negatif (buruk). Tidak jarang,
jargon-jargon ini (yang negatif) kemudian menjadi stigma, yang akhirnya
menjadikan seseorang yang memiliki atau jargon tersebut terkena stigma. Pada
gilirannya, stigma inilah yang melekat, misalnya guru killer, kepala sekolah
atau guru BK yang galak, murid yang bandel, murid yang tak tahu apa-apa.
D samping itu, jargon positif sesungguhnya adalah tantangan, godaan. Tidak jarang, jargon positif tersebut menjadi seseorang merasa baik, berkuasa, terhormat, dan sebagainya, sehingga menjadi sombong. Pada hakikatnya, guru adalah pendidik, yang diberikan amanat untuk memberdayakan potensi siswanya secara maksimal, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektifnya. Begitupun siswa, sebenar-benar mereka adalah orang yang menjalani proses memberdayakan potensinya dengan bimbingan guru. Baik guru maupun siswa, sesungguhnya sedang menjalani ihtiar bersama untuk menjadi lebih baik, dengan hati yang bersih dan ikhlas. Guru menghargai dan menyayangi siswanya, siswa menghormati dan mencintai gurunya. Dengan begitu, jargon yang ada tidak menjadi stigma yang menyesatkan. Semoga Allah senantiasa mengampuni dan meindungi kita. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
123
|
13.10.19
10.29 PM
|
Intuisi Bukanlah Intuitionism
|
Sebagaimana ditulis di atas bahwa intuisi bukanlah
intuitionism. Intuisi (n) adalah "daya atau kemampuan mengetahui atau
memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak
hati" (KBBI online). Sedangkan intuitionism adalah salah satu aliran
filsafat yang menganggap bahwa manusia memiliki kemampuan tertinggi berupa
intuisi. Intuisi dianggap mampu mengatasi keterbatasan akal untuk memikirkan
perkara yang tak teramati, misalnya pengalaman emosional dan spiritual.
Aliran yang dipelopori oleh Luitzen Egbertus Jan Brouwer, seorang matematikawan kelahiran Belanda. Dalam konteks filsafat matematika, aliran ini berangkat dari ide bahwa matematika merupakan kreasi pikiran sehingga kebenaran matematika hanya dapat dipahami melalui konstruksi mental yang membuktikan kebenarnnya. Penegasian kebenaran diartikan bahwa ketdakbenarannya dapat dibuktikan. ALiran ini memberi implikasi terhadap praktik matematika. (https://plato.stanford.edu/entries/intuitionism/) (https://id.wikipedia.org/wiki/Intuisionisme) Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
124
|
15.10.19
12.06 PM
|
Elegi Mengintip Pesta Raya Black-hole Diraja
(Lanjutan dari Elegi Bendungan Komte)
|
Cerita di atas menguraikan beberapa aliran dalam
filsafat: determinisme, vitalisme, dan antifabilisme (gambaran dari black
hole), kemudian pragmatisme, utilitarianisme, materialisme, dan hedonisme.
semua hal tersebut merupakan gambaran tentang manusia, penguasa yang berambisi memiliki kekuasaan absolut, memaksa ketundukan yang dikuasai sebagai keharusan yang tak bisa dielakkan. Ambisi ini tak lepas dari adanya godaan kesenangan duniawi (dianalogikan dengan pragmatisme, utilitarianisme, materialisme, dan hedonisme) secara berlebihan. Bahkan, tidak sedikit, di kalangan masyarakat umum juga terkena godaan semacam ini. Dan godaan semacam ini merupakan candu. Semoga kita dilindungi-Nya dari godaan semacam itu. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
125
|
21.10.19
11.21 PM
|
TESIS DAN ANTI-TESIS PEMAHAMAN PENDEKATAN SAINTIFIK
|
Tulisan di atas menunjukkan bahwasanya pendekatan
saintifik dalam Kurikulum 2013 perlu dicermati secara serius dan mendalam.
Ada beberapa hal yang diungkap Prof. Marsigit sebagai antitesis dari beberapa
tesis yang ada di dalam K-13 tersebut. Salah satu yang utama dan mendasar
adalah kriteria ilmiah dalam proses belajar yang diterapkan terkesan sangat
kaku dan mengabaikan pengetahuan nonilmiah yang juga memiliki peran dalam
proses pembelajaran tersebut. Hanya menekankan a priori dan mengabaikan a
posteriori.
Untuk itulah, diperlukan guru yang bijak dan cermat, mampu mengolah dan memadukan kedua aspek tersebut secara proporsional sehingga pembelajaran bisa lebih komprehensif dan bermakna. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
126
|
28.11.19
11.21 PM
|
Persepsi Guru tentang pendekatan Saintifik
|
Dalam perkuliahan Filsasat PEP, Prof. Marsigit
menegaskan bahwa menerapkan pendekatan saintifik, khususnya MENANYA, sebab
adanya mispersepsi dan kesalahpahaman. MENANYA dimaknai sebatas siswa
bertanya kepada guru. Padahal, sejatinya yang dimaksud MENANYA adalah
HIPOTESIS. Namun mengingat kepentingan keselarasan singkatan, maka yang
mestinya HIOTESIS dibuat MENANYA. Hal ini menjadi tidak bias ketika istilah
MENANYA tidak terhenti, melainkan dilanjutkan dengan kalimat “Menanya untuk
menghasilkanhipotesis”.
|
127
|
29.11.19
07.16 pm
|
The Structure of Scientific Revolutions_By Thomas
Kuhn
|
Buku ini menjadi salah satu titik-tolak perkembangan
ilmu pengetahuan. Buku yang banyak mendapatkan tanggapan dari berbagai
ilmuwan ini menunjukkan arti penting paradigma dalam konteks perkembangan
ilmu pengetahuan. Adanya anomali dari pergeseran sudut pandang ilmuwan,
memunculkan paradigma baru yang menawarkan pemikiran baru.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih. |
128
|
05.12.19
06.09 AM
|
Terkejut
|
Terkejut adalah akibat dari adanya suatu kejutan,
bisa menyenangkan, bisa juga tidak menyenangkan (menjengkelkan). Bisa positi,
bisa pula negatif. Terjadi karena adanya hal di luar kebiasaan, baik
disengaja maupun tidak disengaja. Terkejut sangat beragam, tergantung subjek,
objek, konteks, penyebab, dampak, skup, bidang, dan sebagainya. penyebutannya
pun demikian. Maka, hal semacam terkejut pun tidaklah sesederhana dan "biasa-biasa"
saja sebagaimana banyak dianggap orang, melainkan sesuatu yang bisa sangat
kompleks dan "luar biasa" kajiannya.
|
129
|
10.12.19
09.25 PM
|
ANTI-FOUNDATIONALISME
|
Antifondalisme adalah antitesis dari
fondamentalisme. Jika fondasionalisme meyakini bahwa semua pengetahuan
memiliki landasan keyakinan yang mendasarinya, maka antifondasionelisme
meyakini sebaliknya bahwa pengetahuan tidak meski didasari oleh suatu
landasan. Jika fondasionalisme meyakini bahwa rasio adalah satu-satunya alat
yang mampu menggapai pengetahuan, maka antifondasionalisme sebaliknya,
menganggap bahwa selain rasio ada alat lain, seperti instuisi, sehingga
antifondasionalisme kadang disebut pragmatisme.
Demikian dan terima kasih. |
130
|
12.12.19
11.01 PM
|
Urgensi Filsafat dalam Pendidikan Islam untuk
Pendidikan Karakter
|
Gambaran dalam artikel Prof. Marsigit di atas begitu
menohok bagi kondisi pendidikan Islam dewasa ini. Setelah berjaya dalam waktu
lama di abad pertengahan, peradaban Islam perlahan memudar. Betapa tidak,
banyak hasil pemikiran para cendekiawan Muslim yang menjadi warisan peradaban
modern. Ironisnya, dogma "tertutupnya pintu ijtihad" memberi
pengaruh negatif bagi peradaban Islam hingga kemunculan Fazlur Rahman yang
mendobrak pintu tersebut. Sayangnya, umat islam sudah terlanjur jauh
tertinggal. Saah satu penyebabnya adalah dikotomi keilmuan dan dihindarinya
filsafat karena dianggap tidak sejalan bahkan bertentangan dengan ajaran
Islam. Padahal, cendekiawan Muslim dulu juga merupakan filsuf. Mereka
menggunakan filsafat sebagai tool yang batas penggunaannya dikontrol dengan
ajaran Islam.
Dalam artikel tersebut, Prof. Marsigit telah
memberikan uraian permasalahan dan kndisi pendidikan Islam, khususnya di
Indonesia, saat ini secara komprehensif. Meski begitu, tawaran solusi juga diungkap
dan patut dipertimbangkan secara bijak guna memperkuat upaya-upaya yang telah
banyak dilakukan untuk mengeluarkan pendidikan Islam dari kemarjilannya,
utamanya di kalangan perguruan tinggi.
Demikanlah, mohon maaf dan terima kasih.
|
131
|
13.12.19
11.00 PM
|
RADIKALISME
|
Terima kasih Prof. atas pencerahannya. Saat ini,
istilah radikal dan/atau radikalisme menjadi salah satu trending topic dalam
berbagai pembicaraan. Istilah ini diidentikkan dengan aksi-aksi intoleran
yang marak terjadi dan tidak sedikit yang berujung pada aksi terorisme.
Pada mulanya, istilah radikal berangkat dari gerakan politik yang menuntut adanya perubahan, yakni pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak sipil warga negara dalam hal ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, politik. Namun dalam perkembangannya meluas ke berbagai aspek. Jika mengacu pada asal katanya, radix yang berarti akar, menunjukkan bahwasanya radikalisme layaknya fondasionalisme, yakni paham atau aliran yang mendasarkan pada asas atau akar. Maka, tidak mudah untuk mengubah pandangan penganutnya. Radikalisme memiliki dua kutub, positif dan negatif. Positif karena berangkat dari nilai-nilai yang mengakar kuat, teguh dipertahankan dan diperjuangkan, misalnya keadilan, kebebasan, hak-hak politik, dsb. Akan tetapi, menjadi negatif ketika perjuangan itu dilakukan dengan tindakan kekerasan dan menafikan nilai-nilai kemanusiaan. Hal terakhir inilah yang kemudian banyak terjadi, baik dalam skala lokal maupun global sehingga istilah radikal dan radikalisme seolah tereduksi menjadi paham atau gerakan yang menginginkan perubahan dengan cara-cara kekerasan. Hal inilah yang perlu dicermati, sebab, atas nama apa pun, tindakan kekerasan bertentangan dengan nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan perdamaian. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan-Nya. |
132
|
18.12.19
10.56 AM
|
PARALOGOS
|
Tulisan di atas mengulas bahwasanya hal yang berada
di luar jangkauan pikiran dan hati seseorang adalah paralogosnya, dewanya.
Diungkap juga bahwa pemahaman memengaruhi tindakan seseorang. Maka, untuk
melakukan sesuatu dituntut adanya pemahaman terlebih dahulu. Akan tetapi,
berbeda dengan pemahaman yang mendasarkan pada logika atau akal atau pikiran,
hal keyakinan mendasarkan pada hati.
Akal pikiran dan hari merupakan dua hal yang penting
diseimbangkan agar pemahaman dan tindakan bisa selaras dan bermanfaat. Maka,
paralogos tertinggi dan sejatinya adalah Tuhan Sang Pencipta.
Demikian dan terima kasih.
|
133
|
18.12.19
09.01 PM
|
Matematika Ibadah
|
Terima kasih Prof atas pencerahannya. Tulisan di
atas menunjukkan bahwa dalam hal ibadah pun, matematika bisa berfungsi dan
difungsikan. Bagaimana setiap perbuatan baik (ibadah, amar ma'ruf dan nahi
munkar) akan menambah pahala (dilipatgandakan), sementara perbuatan
buruk/tercela akan mengurangi pahala (mendapat dosa). Tulisan di atas juga
menunjukkan berbagai contoh praktis keseharian. Meski begitu, dalam ibadah
kita tidak bisa hitung-hitungan dalam arti mengejar keuntungan, melainkan
harus berserah diri, ikhlas, dan sungguh-sungguh. Oleh karenanya, pikiran dan
tindakan tidak hanya mengandalkan logika, tetapi juga mendasarkan pada hati
dan tuntunan yang bersumber pada Allah, Rasul-Nya, dan para ulama sebagai
pewaris Nabi, seperti kesimpulan di atas. Maka, ilmu yang didapat menjadi
berkah dan bermanfaat. Sebagaimana pepatah, "imu tanpa agama adalah
buta, dan agama tanpa ilmu adalah pincang". Semoga kita senantiasa dalam
lindungan-Nya. Aamiin.
Demikian dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
|
134
|
19.12.19
10.02 PM
|
Matematika Ikhlas
|
Sungguh menarik tulisan di atas, matematika
dikaitkan dengan keikhlasan. Apa hubungannya? Sekilas seolah mengada-ada,
namun ada pesan tersirat terkait dengan nilai dasar. Ikhlas bukanlah hal
matematis, yang terukur dan mesti dapat diukur. Ikhlas adalah bagaimana
menerima ketetapan sepenuh hati, dan matematika membutuhan keikhlasan, baik
mempelajarinya maupun menerima ketetapan yang telah digariskan. Meski begitu,
ikhlas memiliki ukuran-ukuran yang tidak bersifat fisik, melainkan metafisik.
Ikhlas mungkin tidak bisa terlihat (kecuali berupa simptom) tetapi sangat
mungkin dirasakan. Ibarat ujaran bijak "Jika tangan kanan memberi,
tangan kiri jangan sampai tahu". Ikhlas tidak untuk dipelajari dengan
logika, melainkan dipraktikkan sepenuh hati.
Terima kasih Prof. atas pencerahannya. Demikian dan
terima kasih.
|
135
|
20.12.19
06.42 PM
|
Positivisme
|
Terima kasih Prof. atas kisahnya, menggelitik. Jika
ditilik dari percakapan di atas, alasan munculnya Positivisme oleh Auguste
Comte tak lepas dari kondisi saat itu, di mana dominasi rohaniawan dengan
dogma-dogma keagamaan memandulkan pikiran dan akal sehat. Salah satu contoh
yang fenomenal adalah apa yang terjadi pada Galileo Galilei. Positivisme
seolah menjadi antitesis yang berujud perlawanan atas hal tersebut. Comte
menilai bahwa manusia menjadi tidak merdeka karena hak menggunakan akal sehat
dan pikirannya dikendalikan oleh sekelompok rohaniawan yang mengatasnamakan
agama. Apa yang ditegaskan oleh Comte, apalagi ia meletakkan
spiritualitas/agama di bagian paling bawah, tentunya memunculkan pro dan
kontra, mulai saat itu hingga sekarang. Kita pun tentunya akan ikut menolak
bahkan mencela apa yang "diajarkan" oleh Comte. Namun, apabila
melihat kondisi kekinian, hal tersebut seolah menjadi peringatan bagi manusia
sekarang, utamanya di Indonesia, yang menjadikan spiritualitas sebagai bentuk
pengabdian dan tujuan hidup. Bagaimana tidak, sebagaimana yang Prof. Marsigit
tulis di atas, ternyata ketaatan spiritualitas manusia seringnya dikalahkan
oleh rasionalitas-ilmiah dan kesenangan duniawi yang bersifat fisik dan
psikis semata. Sesungguhnya, kekhawatiran Comte tersebut telah terbantahkan
dengan banyaknya ilmuwan yang tidak intelek tapi juga religius. Artinya,
spiritualitas tidak menghilangkan rasionalitas-ilmiah seseorang, melainkan
menjadi energi yang potensial sebab akal hanya memiliki batasan jangkauan
yang hanya bisa dijangkau oleh spitualitas.
|
136
|
21.12.19
09.55 PM
|
Kontemporer
|
Kontemporer berarti kekiniian, sesuai dengan masa.
Di era modern, pengaruh positivisme makin menguat, salah satunya makin banyak
ilmuwan (khususnya di Barat) yang lebih percaya pada kekuatan akal pikiran
yang mampu menghasilkan iptek. Agama, bahkan Tuhan diangap hanyalah khayalan
atau rekaan manusia yang dianggap penakut sehingga membutuhkan pelindung.
Meski begitu, tidak sedikit pula ilmuwan yang menemukan kembali kebenaran
agama dan Tuhan sehingga menjadi religius.
Ujaran bijak bahwa "ilmu tanpa agama adalah
buta dan agama tanpa ilmu menjadi pincang" menegaskan bahwasanya iptek
dan imtak adalah satu kesatuan yang berjalan beriringan untuk bisa selamat di
dunia dan akhirat.
Demikian dan terima kasih
|
137
|
26.12.19
09.28 PM
|
Filsafat Perkalian
|
Terima kasih Prof. uraiannya. Dari penjelasan di
atas, dapat saya pahami bahwa perkalian tidak semata menyoal pertambahan
nilai atau angka atau jumlah. Perkalian juga bisa dalam konteks ruang, waktu,
dan kepentingan yang berbeda, misalnya untuk menunjukkan perulangan atau
menunjukkan jumlah tanpa adanya pertambahan nilai atau angka, Perkalian juga
bersifat lokalitas dalam konteks kebahasaan, di mana di daerah yang berbeda
akan ada penyebutan yang berbeda pula, meskipun substansinya sama. Hal ini
menunjukkan kekayaan atas keberagaman yang tidak untuk dihindari. Sebagaimana
etnomatematika yang Prof. Marsigit kembangkan.
|
138
|
27.12.19
06.30 PM
|
Filsafat Penjumlahan
|
Bilangan adalah fenomena yang ada sepanjang sejarah
hidup manusia. Bilangan, termasuk di dalamnya hal pertambahan, ada di segala
ruang dan waktu, yang tunduk pada ketentuan dan perubahan. Ketentuan,
semata-mata milik Sang Ilahi. Sedangkan perubahan adalah salah satu wujud
dari ketentuan tersebut yang niscaya bagi manusia sebagai infinite regres
yang sempurna dalam ketidaksempurnaannya dan tidak sempurna dalam
kesempurnaannya.
Berubahnya bilangan bisa berarti bertambah ataupun
berkurang. Bertambah berarti menjadi lebih baik dan berkurangnya yang tidak baik.
Sebaik-baik manusia adalah yang memahami ruang dan
waktu serta ketentuan dan perubahan.
Demikian dan terima kasih atas pencerahannya Prof.
Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya.
|
139
|
28.12.19
10.05 PM
|
Filsafat Bilangan Nol
|
Pemaknaan bilangan nol di atas (ketiadaan, kosong,
ketakpunyaan, dsb.) menegaskan bahwasanya pengetahuan diperoleh manusia
secara berproses, mulai dari ketidaktahuan, lalu tahu, kemudian bertambah
pengetahuannya seiring perkembangan psikis dan psikologisnya. Inilah mengapa
–sebagaimana Prof. Marsigit tegaskan dalam tulisan di atas – pengetahuan intuitif sebagai pengalaman
psikologis tidak bisa diabaikan. Dalam konteks belajar, siswa perlu didorong
merasakan langsung pengalaman dalam interaksinya sehari-hari. Dengan begitu
mereka mampu mengembangkan pengetahuan intutifnya secara kreatif dan tidak
terbelenggu oleh definisi.
|
140
|
28.12.19
10.26 PM
|
Struktur Matematika Intuitif
|
Terima kasih Prof atas kisah inspiratifnya.
Sebagaimana dalam tulisan Prof. Marsigit berjudul “Filsafat Bilangan Nol”,
bahwa pengetahuan intuitif berangkat dari pengalaman psikologis. Apa yang
Prof. Marsigit contohkan melalui pengalaman dalam tulisan di atas menegaskan
itu. Pengalaman yang berulang, berpola, dan berstruktur akan tertanam erat
dalam ingatan. Untuk itu, diperlukan ketelatenan, kesabaran, dan kesiapan
untuk memfasilitasi dengan lingkungan kondusif. Dan hal ini sepertinya bisa
diterapkan dalam hal pengetahuan lain.
Demikian dan terima kasih.
|
141
|
30.12.19
10.10 PM
|
Politics and Ideology of Education
|
Tabel yang Prof. Marsigit tampilkan memuat
pengetahuan penting terkait posisi politik dan ideologi pendidikan, khususnya
dalam konteks Indonesia. Sebagaimana yang saya tangkap dari penjelasan Prof.
Marsigit dalam salah satu perkuliahan Filsafat PEP bahwasanya pendidikan
nasional mengalami kerancuan dan ketidakkonsistenan posisi politik dan
ideologi pendidikan. Ada kesenjangan antara idealita dan realita, ada
ketidaksinkronan antara keinginan dan upaya yang dilakukan. Oleh karenanya,
pendidikan nasional terkesan labil dan cenderung menjadi ajang trial and
error kebijakan. Belum lagi koordinasi antara pusat, daerah, dan lembaga
pendidikan kadangkala belum berjaan dengan baik. Kondisi riil di lapangan (terutama sekolah)
yang masih belum memadai, baik dari aspek SDM maupun sarana prasarana
pendidikan. Hal ini menjadi kendala tersendiri dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan nasional secara meneyeluruh karena rentang perbedaan yang
lebar antardaerarah, baik antarprovinsi, antarkota, antara kota dan desa, maupun
khususnya antara Jawa dan luar Jawa.
Semoga ke depan, para pemegang otoritas kebijakan
pendidikan nasional mampu secara kritis,
dan konstruktif melihat permasalahan dunia pendidikan yang ada untuk selanjutnya mampu merancang politik
dan ideologi pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat konstitusi serta
berdasarkan kebutuhan, peluang, dan tantangan masa depan.
Demikian dan terima kasih.
|
142
|
30.12.19
10.25 PM
|
All about learning trajectory
|
Terima kasih banyak Prof. atas tambahan ilmu dan
pengetahuan yang diberikan melalui link di atas. Learning trajectory
merupakan hal baru bagi saya. Semoga sumber-sumber di atas dapat menambah pengetahuan
dan memotivasi saya secara pribadi untuk mampu mengelola dan mengembangkan
pembelajaran yang lebih bermakna dan konstruktif. Semoga ilmu dan pengetahuan ini bisa saya
bagikan pula kepada rekan-rekan sejawat saya dengan maksud yang sama.
|
143
|
30.12.19
10.51 PM
|
Narasi Besar Ideologi dan Politi Pendidikan Dunia
|
Dari materi slide yang Prof. Marsigit
sampaikan menunjukkan proses perkembangan pemikiran (filsafat), tentang hal
yang ada dan yang mungkin ada, mulai dari zaman Yunani kuno hingga era
kontemporer (zaman power now). Diuraikan bagaimana perubahan itu
dipicu pemikiran cemerlang dari para pemikir besar (filsuf) yang memengaruhi
peradaban manusia (termasuk dunia pendidikan). Saat ini, kita diwarisi kekayaan
sangat berharga berupa beragam aliran pemikiran (filsafat) untuk bisa
membangun peradaban modern, global, dan power now seperti sekarang.
Meski begitu, tidak bisa hanya mengandalkan akal pikiran semata, sebab banyak
hal yang tak terjangkau kecuali oleh hari/nurani/spiritual. Hal terakhir
inilah yang saat ini mampu menjaga manusia tetap sadar akan kemanusiaannya
yang infinite regress dan sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Dan
satu-satunya yang memiliki kemutlakan hanyalah Tuhan dengan segala ketetapannya.
|
144
|
01.01.20
07.00 PM
|
Referensi Berbagai Teori Belajar dan Mengajar
|
Terima kasih Prof. atas link mengenai beragam teori
di atas. Sungguh memperkaya khazanah pengetahuan dan bermanfaat bagi
pembelajaran, tidak hanya untuk yang menggeluti bidang pendidikan matematika
saja. Semoga tambahan pengetahuan ini, dapat membuat saya bisa melaksanakan
pembelajaran yang lebih baik lagi.
Demikian dan terima kasih. |
145
|
01.01.20
07.18 PM
|
Lesson Study di Universitas
|
Sekali lagi, terima kasih Prof. atas pembelajarannya
tentang Lesson Study. Bagi guru, lesson study memiliki peran
penting untuk membantunya mempersiapkan pembelajaran yang bermakna, sesuai dengan perencanaan: apa
saja yang masih kurang dan perbaikan yang mesti dilakukan. Bagi calon guru,
lesson study menjadi bekal untuk memahami bagaimana melaksanakan pembelajaran
yang baik dan bermakna. Maka, di perguruan tinggi yang notabene adalah LPTK,
praktik-praktik lesson study ini penting diselenggarakan secara sistematis
dan berkelanjutan sebagai media bagi mahasiswa calon guru untuk mengenal
sejak awal bidang kerja yang nantinya digeluti: kemampuan yang mesti
dimiliki, perangkat-perangkat pembelajaran yang mendukung yang mesti
disiapkan yang menjadi acuan, dan sebagainya.
Demikian dan terima kasih.
|
#Marsigit2019 Philosophy - M. Ikhsan Ghozali

Tidak ada komentar:
Posting Komentar