TUGAS REVIEW MATAKULIAH
FILSAFAT PENELITIAN DAN EVALUASI
PENDIDIKAN
(Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A.)
Nama :
M. Ikhsan Ghozali
NIM :
19791261003
Prodi :
PEP
Gambaran Pembahasan Perkuliahan Secara
Umum
Filsafat Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan merupakan salah satu mata kuliah wajib dan dasar pada Program Studi
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) yang ditempuh oleh mahasiswa pada
Semester I.
Pada pertemuan pertama, diawali dengan
perkenalan singkat, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai ketentuan
perkuliahan serta tugas rutin membaca dan memberikan komentar pada blog Philosophy, Psychology,
Spiritual, Math Education, Lesson Study, Indonesia:
Prof. Dr. Marsigit MA. sejak awal perkuliahan
hingga seterusnya (akhir semester). Untuk memudahkan komunikasi kelas, maka
dibuat whatsapp group (WAG) kelas Filsafat PEP.
Pada empat pertemuan berkutnya,
perkuliahan dimulai dengan pemberian kuis berupa lima puluh pertanyaan (satu
sampai tiga kata) singkat yang mesti dijawab singkat pula. Lembar jawaban
mahasiswa kemudian dikoreksi secara langsung, Setiap mahasiswa mengoreksi
lembar jawaban mahasiswa lain secara acak. Hasil koreksian langsung dibagikan
melalui WAG kelas Filsafat PEP. Paparan materi berdasarkan kuis yang diberikan,
diulas dengan pemikiran filsafat dan tokoh-tokohnya serta realitas yang ada di
kehidupan sekarang.
Pertemuan keenam, dengan media whiteboard
serta boardmarker besar, Prof. Marsigit menjelaskan tentang sejarah dan
perkembangan pemikiran filsafat, mulai dari Zaman Yunani Kuno sampai zaman power
now. Proses pemaparan sejarah filsafat ini direkam melalui smartphone
milik Prof. Marsigit secara bergantian oleh mahasiswa, kemudian hasil rekaman
video dibagikan di WAG kelas Filsafat PEP. Gambaran sejarah yang diberi judul
“Lahir dan Perjalanan Filsafat” ini merupakan salah satu materi dalam blog Philosophy, Psychology,
Spiritual, Math Education, Lesson Study, Indonesia:
Prof. Dr. Marsigit MA.
Pertemuan ketujuh, melalui academia.edu,
Prof Marsigit menjelaskan makna tabel berjudul “Politics and Ideology of
Education” yang telah dipublish. Tabel ini berisi kolom dan baris yang
menunjukkan posisi politik dan ideology pendidian secara umum, termasuk untuk
melihat bagaimana sesungguhnya politik dan ideologi pendidikan nasional
Indonesia. Tabel ini juga telah
dipublish di blog Philosophy, Psychology, Spiritual, Math Education, Lesson Study,
Indonesia: Prof. Dr. Marsigit MA.
Menurut Prof. Marsigit, sulit beralih dari
politik dan ideologi pendidian tradisional menuju modern sebab ada banyak
kepentingan di dalamnya (politik, sekonomi, dll.). Dan inilah sepertinya posisi
Indonesia.
Kemudian Prof. Marsigit meminta mahasiswa
membuka “Cmap Theory Learning”. Untuk setiap bidang kajian atau penelitian
semestinya memiliki peta konsep tentang keilmuan/teori. Begitupun dengan PEP,
bagaimana memiliki juga peta konsep dan aspek filsafat semacam itu.
Pertemuan kedelapan, Prof. Marsigit
menjelaskan kelanjutan implementasi pertemuan sebelumnya, yakni dengan
menggambarkan tabel berisi delapan kolom yang berisi:
1. Permasalahan/realitas: permasalahan dalam pembelajara sesuai dengan
bidang.
2. Subjek/Objek: guru, siswa, interaksi, dst.
3. Bidang keilmuan/pembelajaran: Matematika,
IPA, Bahasa, Agama, Sosial, dll.
4. Domain: system, kurikulum, PM
5. Teori: Teori yang sesuai yang digunakan
sebagai kerangka berpikir dalam penelitian.
6. Paradigma: paradigma yang mendasari teori
dan permasalahan
7. Ideologi: ideologi yang dianut
8. Filsafat: merefer pada pemikiran filsuf.
Paparan berupa aspek:
a. Ontologi: ada, mungkin ada, mengada,
pengada.
b. Epistemolog: sumber (menurut siapa,
sebagai sumber yang valid, justifikasi, macam, metode yang digunakan): tentang
ada, mengada, dan pengada
c. Aksiologi: etik (benar, salah) dan estetik
(baik, buru)
Setiap mahasiswa diminta untuk menetapkan
permasalahan di bidangnya masig-masing (sesuai dengan PEP) dan menguraikan
keterkaitan masing-masing kolom. Maksud dari tugas ini adalah bagaimana
mahasiswa bisa menjelaskan tentang pembelajaran secara filosofis dengan dasar
pemikiran filsuf yang jelas dan benar.
Kemudian, berdasarkan uraian tabel,
diidentifikasi persoalan evaluasi pendidikan secara spesifik (penjelasan
filosofis). Selanjutnya, dirumuskan
judul (berdasarkan rencana disertasi) untuk didiskusikan.
Pertemuan kesembilan hingga pertemuan ke
tiga belas, dibahas tugas masing-masing mahsiswa secara bergantian dan acak.
Pada pertemuan kesembilan dan kesepuluh, pembahasan difokuskan pada penjelasan
tentang paparan filosofis terkait dengan permasalahan yang diajukan oleh
mahasiswa. Pertemuan kesebelas dan dua belas, difokuskan pada paparan tentang
judul yang dipilih, terkait aspek filosofis dan perencanaannya. Selanjutnya,
Prof. Marsigit meminta mahasiswa untuk mendetilkan uraian pembahasan terkait
dengan judul dengan sistematika (setidaknya berisi) judul, latar belakang
masalah, rumusan masalah, dan metodolog penelitian. Tugas ini dibahas pada
pertemuan ketiga belas dan dilanjutkan pada pertemuan keempat belas.
Oleh karena pertemuan terakhir, pada
pertemuan keempat belas, selain membahas tugas mahasiswa secara acak, Prof.
Marsigit menyelingi dengan cerita motivasi yang berangkat dari pengalaman
pribadi. Kisah ini sudah dituangan ke dalam salah satu tulisan di blog Philosophy, Psychology,
Spiritual, Math Education, Lesson Study, Indonesia:
Prof. Dr. Marsigit MA.
Hikmah yang Didapat
Pada kelas filsafat ini, saya disadarkan
akan banyak hal terkait ketidaktahuan saya, termasuk terhadap diri sendiri.
Sebagaimana yang Prof. Marsigit sampaikan bahwa persoalan dalam kehidupan seringkali sulit diselesaikan
atau seolah njlimet diakibatkan tidak mengenali dirinya. Dan ini
sepertinya tepat, terutama ketika mengacu pada hasil dari beberapa kuis sebelum
dijelaskan oleh Prof. Marsigit.
Melalui pembelajaran filsafat juga, saya
selaku mahasiswa dihadapkan pada keniscayaan bahwasanya dibutuhkan dasar
filosofis yang kuat dalam setiap kajian di bidang keilmuan yang digeluti.
Melalui pemahaman akan dasar-dasar filosofis inilah, hubungan sebab-akibat dari
persoalan di bidang kajian keilmuan dapat diuraikan secara gamblang dan
terstruktur. Melalui belajar filsafat, berpikir filsafat, dan berfilsafat,
diharapkan berbagai persoalan yang ada dapat diurai dan diselesaikan, termasuk
dalam dunia pendidikan. Memang, hal tersebut tidaklah mudah dan membutuhan
kerja pemikiran yang ekstra. Oleh karenanaya, dibutuhkan keikhlasan, baik dalam
hati maupun dengan hati.
Banyak hal baru, penting, dan mendasar
yang saya dapatkan melalui perkuliahan fislafat ini. Awalnya memang shock
dan mata saya sepertinya dibelalakkan dengan keharusan berpikir tentang segala
hal yang baru dan memiliki beberapa perbedaan dari kebiasaan dan pemahaman
sebelumnya, antara lain:
(1) berpikir tentang segala hal, baik yang ada
maupun yang mungin ada;
(2) berpikir tentang bagaimana
melihat/merenungi/memahami sesuatu tidak secara sederhana pada realitas sesuatu
itu, tapi menelusuri apa yang ada di sebaliknya (metafisik);
(3) berpikir tentang segala sesuatu tapi harus
memiliki dasar filosofis yang kuat dengan merefer pada filsuf (pemikiran para
filsuf ini bisa dipahami melalui pemikiran para pemikir lain yang kompeten
mengkajinya);
(4) berpikir tentang segala hal yang
sepertinya bertentangan dengan akal sehat (yang masih terbatas) tapi realistis
(setelah dieksplorasi lebih dalam);
(5) berpikir tentang hal-hal yang sepertinya
kontradiksi (misalnya ruang adalah waktu dan waktu adalah ruang; wadah adalah
isi dan isi adalah wadah, dsb.) tapi selaras dan komplementer;
(6) perjalanan panjang lahir dan
berkembangannya filsafat, sejak Yunani kuno, dan pertentangan yang ada dalam
perkembangannya itu (tesis-antitesis-sintesis);
(7) pentingnya menegaskan kejelasan posisi
politik dan ideologi pendidikan sebagai kerangka utama pengembangan pendidikan
agar tidak salah arah dan salah kelola serta bisa menghadapi berbagai tantangan
zaman;
(8) segala sesuatu dalam bidang keilmuan
memiliki keterkaitan dan keterkaitan yang kuat dengan filsafat, segala sesuatu
bisa diuangkap melalui filsafat (penjelasan filosofis), baik aspek ontologi,
epistemologi, maupun aksiologi;
(9) seseorang tidak bisa mengandalkan
akal-pikiran semata, melainkan tetap harus mendasarkan menggunakan hati dan
spriritualitasnya, sebagai penegasan bahwasanya manusia itu adalah makhluk yang
sempurna di dalam ketidaksempurnaannya;
(10) sumber pengetahuan tidak hanya didapat
secara aposteriori semata, melainkan juga secara apriori, yang tidak bisa
dinafikan.
(11) persoalan seringkali sulit diselesaikan
dikarenakan siapa pun (orang ataupun lembaga) yang memiliki persoalan tidak
mengenali dirinya;
(12) setiap orang terus berpikir dan melakukan
sesuatu karena kodratnya sebagai infinite regress.
(13) belajar dimaknai dengan membangun, bukan
semata proses menjadi lebih baik yang bersifat formal dan tekstual, melainkan
mesti kontekstual, faktual, realistis, aktif, kreatif, reflektif, serta
berbasis kebutuhan dan kekhasan.
Selain materi perkuliahan yang beragam dan
kontekstual (dilengkapi dengan realitas teoretis dan pengalaman), pembelajaran
filsafat juga dijelaskan dalam tulisan-tulisan berisi pemikiran atau refleksi
Prof. Marsigit yang terdapat dalam blog Philosophy, Psychology, Spiritual, Math Education,
Lesson Study, Indonesia: Prof. Dr. Marsigit MA.
Semoga apa yang saya dapatkan di perkuliahan filsafat dapat membantu proses
perkuliahan saya, khususnya yang terkait dengan disertasi nantinya, dan
pembelajaran di tempat mengabdi nantinya.
Sebelum dan sesudahnya, ucapan terima
kasih tak terhingga kepada Prof. Dr. Marsigit, MA. atas pembelajaran yang penuh
makna ini. Semoga pembelajaran berharga lainnya masih dapat saya dapatkan di
berbagai kesempatan yang ada.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan.
Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan yang saya lakukan selama
pembelajaran filsafat.
#Marsigit2019 Philosophy - M. Ikhsan Ghozali

Tidak ada komentar:
Posting Komentar